Jumat, 10 Juni 2011

Arti Kesetiaan

Hari ini Dinda akan berangkat ke Australi untuk sekolah. Tapi sebelum berangkat, Dinda merasa punya feeling yang gak beres. Semua teman-temannya yang kemarin sudah mengikhlaskan kepergiannya, mendadak melarangnya untuk pergi. Tapi Dinda ngotot untuk pergi, karena menurutnya sayang bila kesempatan emas dilewatkan. Besok tes sudah dimulai, dan tentu saja nanti sore ia sudah harus tiba disana. Ibunya sudah menunggunya di Australi dan telah menyiapkan apartemen tempat ia akan tinggal.
“Teman-teman, gw bakal balik ke Jakarta tiap liburan, kalian gak usah sedih gitu dong..” Kata Dinda dengan diiringi air mata dipipinya.
“Din, apa gak lebih bagus ditunda, entah mengapa kita punya firasat yang gak enak banget nih” Kata salah satu teman Dinda bernama Reni.
“Gak, kan jadwalnya keberangkatan pesawat sekarang.”
“Din, kita bakal kangen berat sama Loe” Kata Ivan teman dinda yang itam, gendut, dan mukanya yang abstrak dengan jerawat yang gak beraturan letaknya.
Tiba-tiba mata Dinda menuju keseseorang yang dari tadi hanya berdiri diam di depannya.
“Frans, pliss.. tunggu aku, aku bakal balik kok tiap libur, lagi pula meski jarak kita jauh, asal ada kepercayaan, kita pasti bisa ngejalaninnya. Kita kan masih bisa telepon2an, atau chating-chatingan?”
Dinda mecoba berbicara pada rang yang sangat ia sayangi yang dari tadi hanya memandangnya dengan kerisauan. Dina menggenggam kedua tangan Frans
“Ia.. aku tunggu kepulangan kamu sayang.” Balas Frans sambil mncoba tersenyum, dan membelai kepala Dinda .
Dinda pun berangkat dengan taxinya. Ia hanya ditemani oleh Rei. Teman-teman yang lain, juga Frans tidak dapat ikut mengantar sampai bandara karena akan mengikuti SPMB di UI. Sementara Rei, telah masuk UI jurusan Kedokteran melalui PMDK.
Saat di Taxi, entah mengapa Dinda gak berani menutup pintu taxi itu. Ia sangat ragu dengan keputusannya. Tapi akhirnya, ia pun menutup pintu Taxi itu dan membuang jauh-jauh, pikiran jeleknya.Taxi dinda berangkat, dan semakin lama semakin jauh terlihat. Setelah haru yang mengantarkannya, kini ia pun menyiapkan dirinya dengan menghadapi suasana baru.
Hampir saja tiba di Bandara. Saat taxi tersebut hendak masuk tiba-tiba sebuah truk besar datang dengan kecepatan tinggi dan menghantam taxi yang ditumpangi oleh Dinda dan Rei. Rei yang sudah melihat sempat menyelamatkan diri dengan melompat, keluar Taxi. Awalnya dia sudah mengajak Dinda, tapi ternyata Dinda tidak ngeh dengan teriakkan Rei, sehingga dia tidak ikut lompat bersama Rei. Dan taksi itupun jungkir balik.
Rei yang sukses menyelamatkan diri itupun terkejut, tentu saja sebagai reflek ia berlari ke dalam taxi tersebut dan berharap pada sebuah kemungkinan bahwa sahabatnya masih memiliki kesadaran. Betapa terkejutnya dia saat melihat Darah dari kepala sahabatnya itu. Rei langsung teriak mencari pertolongan dengan histerisnya.

Dinda segera dibawa kerumah sakit terdekat. Rei segera mengabari teman-temannya dan tentu saja ibunda Dinda. Ibunda dinda berkata ia akan langsung ke Jakarta, dan mungkin akan tiba malam. Sedangkan teman-temannya baru bisa datang sore. Rei bingung. Ia hanya menangis di bangku tunggu di depan ruang UGD.
“Keluarga Dinda” Panggil dokter dan disambut dena kehisterisan Rei.
“Saya yang bawa dia kesini, saya yang membawanya, saya temannya, gimana kabar dia dok??”
“Dia masih bernyawa, tapi sampai sekarang di belum sadar. Ia mengalami geger otak. Dan pecahan kaca yang menancap dikepalanya sangat berpengaruh besar. Darahnya hampir habis, tapi untung kami memiliki persediaan darah yang sama dengan golongan yang dia miliki. Kemungkinan kesadarannya sangat kecil, saat ini ia sedang bergantung dengan alat-alat kedokteran. Disaat seperti ini hanya Tuhan yang tahu jalan selanjutnya nak.” Kata dokter. Yang membuat Rei semakin histeris.
Rei hanya terduduk lemas di depan ruang UGD. Ia pasrah pada keadaan sahabat baiknya itu. Dasar Rei bodoh, apa gunanya kamu selamat kalu akhirnya sahabat kamu meninggal? Sesalnya dalam hati.
Tak lama kemudian, teman-temannya datang, tapi Rei sudah tidak sanggup berkata lagi. Keadaannya tak lain dan tak lebih sudah terlihat seperti orang gila. Matanya bengkak, mukanya pucat, rambutnya berantakkan, bajunya kotor, dan ia hanya terdiam lemas dilantai.
“Rei, apa yang terjadi dengan Dinda? Ceritakan Rei!!” Teriak Frans sambil menggoyang-goyangkan tubuh Rei. Rasanya ia memang ingin sekali menjawab tapi entah mengapa muluinya sulit untuk digerakkan.
"Udahlah,mungklin rei masih syok Frans. Kita biarkan saja dia nenangin dirinya dulu, percuma kita ajak dia bicara sekarang, ia mungkin masih tak sanggup.” Reni mencoba menenangkan Frans.
Tak kuat menahan air mata, Frans menangis, kemudian ia berjalan ke ruang UGD. Di sana ia meratapi nasib kekasih hatinya yang terbaring tak berdaya dengan alat-alat yang sedang berusaha menyelamatkan nyawanya.
“Dinda sayang, jangan pergi, jangan tinggalin aku sayang, kamu udah janji sama aku,kalau kamu akan kembali lagi, ku mohon jangan tinggalkan aku sendiri.” Gumam Frans.
“Rei, lw kok kotor sich, tadi lw lompat dari taksi dengan bekal taekwondo lw ya?” Tanya Reni mencoba memancing Rei berbicara.
“i.. ia Ren, seandainya gw gak turun, mungkin gw bakal sama dia sekarang.” Bisik rei yang sudah mulai sanggup membuka mulutnya. “Apa yang terjadi rei?” Tanya Frans dengan nada yang sudah mulai lembut. Rei memandang 3 sahabatnya lagi, iVan , Esti, dan Reza. Sepertinya mereka juga menanti jawaban Rei.
Rei berusaha menceritakan semuanya. Dengan susah payah sambil terisak-isak ia menceritakan segalanya. “Di sini lw gak salah Rei, ini udah takdir. Lw gak sengaja melakukan ini, itukan hanya sebuah reflek.” Kata Esti menghibur rei yang dari tadi hanya menyalahkan dirinya.
“Iya rei, sekarang kita Cuma bisa berdoa. Percuma menyalahkan diri sendiri, itgu gak akan bikin DSinda sadar.” Balas Reza smabil memegang bahu Rei.

Hari demi hari, hingga 4 bulanpun berlalu. Ivan, Esti dan Frans,dan Reni diterima di fakultas yang sama di UI. Dengan jurusan yang berbeda-beda. Sedangkan Reza, karena tidak diterima, iapun kuliah di Trisakti. Mereka selalu menjenguk Dinda yang sampai saat ini belum sadarkan diri.
Soal keuangan lancer-lancar saja, karena sesuai denagn fakta yang ada, orang tua dianda memang adalah orang yang sangat kaya. Ayahnya memiliki banyak usaha, Dan ibunya adalah seorang pengacara yang cukup terkenal.

Suatu hari, ketika mereka kembali berkumpul diruangan tempat Dinda berbaring. Mereka mulai mnyadari ada seseorang yang tidak pernah ikutan lagi menjenguk Dinda. Sesorang itu adalah Reza. Rei sangat sedih atasa perbuatan Reza, ia tidak mau menjenguk Dinda lagi karena telah menemukan teman-teman yang baru, dan Rei kecewa saat terakhir Reza menjenguk Dinda, ia sempat bilang bahwa menjenguk Dinda hanya membuatnya capek. Karena dengan melakukan hal rutin seperti itu berarti ia sudah berharap pada sesuatu yang tak mungkin. Denan kata lain, Reza percaya bahwa Dinda terlah meninggal. Tentu saja , Rei menentang hal tersebut secara terang-terangan. Ia sangat percaya bahwa Dinda sedang berjuang untuk bertahan hidup.

Akhirnya 6 bulan berlalu.perlahan Esti dan Ivanpun mulai capek menjenguk Dinda. Mereka mulai ikut percaya bahwa Dinda telah meninggal.
“Kalian memang bukan sahabat sejati,gw percaya banget, suatu hatri nanti dia pasti akan membuka matanya. Dan saat itu kalian yang selalu mengaku sahabat sudah gak ada didepan matanya lagi?? Apa kalian tega?” Awalnya mereka berpikir untuk tetap setia. Tapi ternyata kesetiaan mereka tidak cukup kuat untuk tetap mempertahankan mereka menanti kesadaran Dinda.

8 Bulan pun berlalu. Reilah yang selalu datang untuk menurus Dinda.Kadan ia gantian dengan ibunda dinda untuk menjaga dinda. Dengan setia ia melap tubuh dinda.
“Dinda, buka mata loe? mau sampai kapan lw tidur?Semua teman-teman kita sudah ninggalin kita Din, terutama ninggalin loe. Tapi gw janji akan tetap bersama loe disini.” Bisik Rei saat Rei sedang melap tubuh dinda.

Rei selalu menjenguk dinda,hampir tiap hari.Sedangkan Reni dan Frans jarang.kalu Reni takut kuliahnya keteteran, jadi dia hanya menjenguk Dinda 1x seminggu.Sedangkan Frans, semakin hari semakin jarang.

Hari ini genap dinda 9 bulan dirumah sakit.Frans putus asa. Ia pun datang dan berbicara disebelah Dinda.
“Dinda, sebenarnya kamu masih hidup gak sich? Aku semakin gak percaya kalu kalu masih punya kesadaran. Apa karena alat-alat ini maknya kamu bertahan? Maafin aku din,aku gak bisa nunggu kamu terus-terusan.Aku sangat sayang sama kamu.Tapi sepertinya sampai disini aja hubungan kita. Kamu beruntung punya sahabat sebaik Rei,tapi maafn aku, karena gak bikin kamu beruntung punya pacar kayak aku.” Ucap Frans dengan air mata. Stelah mencium bibir Dinda untuk yamng terakhir kali.iapun keluar dari ruangan itu, dengan penuh penyesalan.
PLAK. Satu tamparan melayang ke pipi Frans ketika ia keluar dari ruangan itu.
“Lo gak pernah ya mencintai Dinda. Menunggunya aja loe gak sanggup? Teriak Reni yang ternyata dibelakannya juga sudah ada Rei yang diselimuti dengan amarahnya juga.
“Reni!! Rei, maafin gw. Gw memang bukan yang terbaik buat dia. Tapi gw harus lanjutin hidup gw. Gw gak bisa bertahan lagi. Dia udah punya kalian. Suatu hari nanti akan ada orang yang lebih bisa mengerti dirinya disbanding gw.” Kata frans dengan wajah yang sangat pucat.
“Bacot lw.. pergi aja lw sana. Dan ingat. Setelah lw pergi, jangan pernah balik lagi kesini” Teriak Reni dengan tatapan yang membuat Frans takut dan terdiam.
“Rei..”
“PERGI!!” teriak Reni lalu masuk keruangan Dinda
Frans hanya memandang 2 gadis tersebut yang telah masuk keruangan dinda dan mereka menangisi keadaan Dinda.Ia tak berdaya. Ia sudah tertarik dengan wanita lain.

Seminggu setelah kejadian itu, Reni datang sendirian ke kamar Dinda. Ia memegang tangan dinda, dan menggoyang-goyangkannya.
“Dinda.. buka matamu kalau kamu memang masih mengakui aku sahabat kamu.” Canda Reni sambil memberikan senyum pada Dinda. Dan betapa terkejutnya Reni saat itu jari-jari Dinda dinda bergerak. Dnan mata dinda perlahan mulai terbuka.
“DINDA??” Teriak reni tak percaya. Dinda berusaha membuka matanya. Dan akhirnya berhasil. Ia terlihat bingung saat melihat wajah Reni.
“Dinda!!” zteriak Reni sambil memeluk tubuh Dinda.
“Sakiit”rintih Dinda.
“Oh maaf, mungkin gw terlalu semangat. Yaampun akhirnya loe sadar juga, gw dah menanti-nanti loe din.Tak lama setelah dinda sadar, Rei pun datang. Reaksi yan g diberikannya sama, mungkin lebih heboh dari Reni.
Karena kurang lebih 9 bulan tubuh dinda tak pernah dipakai, ia jadi sulit bergerak, tubuhnya kaku. Bibirnya juga sulit digerakkan. Dan ia terkena Amnesia.
Akhirnya orang tuanya mengikutkannya ke terapi khusus. Reid an Reni juga membantunya untuk mengingat semuya masa lalunya. Namun semua tentang Esti, Ivan, Frans, dan Rezza, dikubur-dalam-dalam oleh Rei dan Reni, karena mereka tak mau Dinda sedih.. Mereka ingin dinda melupakan semua masa lalunya. Tentu saja mereka juga menyembunyikan diary, buku tahunan dan semua yang memungkinkan Dinda untuk mengingat masalalu persahabatan mereka dalam sebuah geng yang gak bernama itu.

3 bulan terapi, akhirnya dindapun sudah bisa kembali menggerakkan tubuhnya itu.untuk tidak ada masalah pada bagian kaki, jadi ia bisa jalan dengn normal. Hanya saja luka pada tangan kiri membuat tangan kiri tidak dapat digerakkan dengan mudah.
Dengan bantuan Reni dan Rei, setelah kesembuhannya. Tahun ajaran berikutnya, dinda berhasil lulus SPMB jurusan hukum di Universitas Indonesia. Setiap hari ia berangkat dengan Rei .

Berita tentang masuknya Dinda ke Universitas Indonesia, sampai ke telinga mantan teman-teman Esti dan Ivan dan Reza, dan mantannya yang bernama Frans. Hal ini dimulai dari ketidak sengajaan Ivan bertemu dengan Rei yang sedang turun dari mobil dan diikuti oleh Dinda.

Melihat itu ia langsung menemui Frans.
“Frans..” Teriaknya dari kejauhan. Frans berhenti begitu mendapati temannya sedang berlari-lari tak jelas.
“Apa?” Tanya frans Bingung.
“Din.. dinda.. Dinda kuliah disini.” Ivan berusaha berbicara sambil masih ngos-ngossan.
“Apa? Lo gag salah liat kan? Emang dia udah sadar?”
“EH, itu dia sama Rei tadi, lo mau bilang gw kangen sama Dinda sampai-sampai salah liat gitu? Kalo lo gag percaya jalan aja lo kearah fakultas hukum, ntar lo dapetin deh tu MANTAN lo.” Omel Ivan pada Frans dengan mempertegas kata mantan.
Frans hanya terbengong, dalam hitungan beberapa detik ia berlari meninggalkan Ivan yang masih kesel dengan ekspresi ketidak percayaan Frans.

Ivan mampir dikantin, disana ia mengirimkan sms pada Esti dan Reza tentang kehadiran DInda di Ui. Setelah itu ia menyntap makanan yang sudah dipesannya . dinda sudah sadar? Ia masih belum percaya akan hal itu. Ia jadi sangat nyesal ikut mengatakan Dinda sudah meninggal dulu. Rei dan Reni cerita gag yah tentang hal itu. Pasti Dinda kecewa berat deh. Kalo tau. Pikirnya.

Frans memelankan langkahnya. Ia melirik sana sini dan berusaha mencari sosok seorang wanita yang sudah sangat ia rindu. Setengah jam sudah ia berjalan, ia masih belum menemukan sosok Dinda juga. Semakin percayalah dia pada keyakinannya bahwa Ivan memang mengigau atau salah liat orang. Bahkan sosok Rei dan Renipun tidak ia temui. Akhirnya ia putus asa, karena tak kunjung menemui sosok Dinda ataupun Rei dan Reni, ia memutuskan untuk kekantin dan marah-marah pada Ivan. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk bertanya pada Reni dikelasnya. Tapi mengingat kalau Reni sanagt Jutek, akhirnya ia mengurungkan niatnya. Dan kalau untuk mencari rei, ia tambah gak berani, bisa-bisa mati ditonjok deh dia sama tuh cewek.

Ketika ia sedang bejalan dngan hati yang kecewa karena harapannya bertemu dengan dinda hancur. Ia mendengar suuara ketawa seorang wanita yang sangat tak asing ditelinganya. Suara ketawa setengah ditahan, jadi terdengar seperti cekuka. Hehehehe. Ia berusha mencari sumber suara tersebut, dan hilanglah rasa kecewanya itu. IA mendatangi sumber suara itu dengan penuh ragu dan dengan penuh takut dan rasa bersalah. Ia paksakan untuk tersenyum semanis mungkin pada sumber suara itu.. bukan.. pada mantan yang masih disayanginya, Dinda.
“Dinda..” Panggilnya dengan penuh keberanian.
Dinda ang menydari namanya dipanggil seorang yang tak dikenalnya langsung kaget. Yaaah sebenernya lebih tepat disana belum ada yang dia kenal, secara dia baru seminggu disana. Dia kagetlah ada yang mengenalnya selain kedua temannya. Rei dan reni yang saat itu duduk disebelah Dinda melotot kepada Frans. Mereka memandang Frans dengan tatapan yang seandainya pisau mampu menembus tubuh manusia.
“Ia.. syapa yah..” Tanya dinda lembut.. sambil mencoba mengingat rasanya kok aku pernah mengenal dia yaah?
Rei semakin tajam melotot pada Frans. Sekilas dia melirik Reni melakukan hal yang sama. Tapi karena Frans tak juga menanggapi pandangan Rei dan Reni, akhirnya Rei duluan mengambil tinakkan.
Ketiak Frans ingin berbicara lagi, Rei mendadak berdiri. Ia menarik tangan Frans dengan kuat dan membawanya menjauh dari hadapan Dinda.
“Loh?” Dinda bingung sekali melihat kejadian yang terjadi begitu cepat tapi aneh. “Ah Din, kita keperpus aja yuk, disini gag aman wat lo. Ajak Reni pada dinda begitu melihat Dinda mencoba mengingat siapa Frans, dan Dinda hanya menurut.

Plaak… satu tamparan mendarat dipipi Frans. Frans hanya meringis kesakitan. (beginlah berurusan sama anak taekwondo, kerjanya main fisik!)
“Ngapain loe nemuin Dinda lagi?” Tanya Rei dengan galak, namun suaranya bergetar. Namun Frans hanya terdiam.
“Ngapain Loe nemuin dinda Lagi?” Kali ini Rei teriak dan suaranya tegas.
“Apa salah, kalau gw.. gw.. mau meperbaiki semuanya..?” Frans menjawab dengan sangat hati-hati.
“Gak da yang harus lo perbaiki lagi Frans!!” TERiak Rei lagi. Tiba-tiba ia menangis, dan tak berkata-kata sesaaat.
“Frans.. Dinda amnesia. Dan gw sama Reni, gak mau dia ingat sama Reza, Esti dan Ivan, dan LOE!! Lo gak boleh dan gak berhak ganggu dia lagi. Lo gak pernah sayang sama dia Frans. Lo Cuma maenin dia. Kalo lo datang dalam hidupnya lagi, lo Cuma akan menyakitinya Frans. Gw tau lo gak jadi pacaran sama Esti, tapi lo udah tega ninggalin di, disaat dia butuh kekuatan dan kesetiaan dari lo. Lo bukan cowok yang panntas buat dia Frans, lo harus sadar itu.” Rei terdiam. I mencoba menghapus air matanya.
“Maavn gw…”


“Reni, syapa sih orang tadi, kok rasnya gw kenal. Tapi kok gw lupa yah. Bego banget gw yah.. “
“Ah, perasaan lo aja kali, lo gag pernah kenal dia tau.” Jawa reni seadanya.
Dinda memanyumkan mulutnya, tandanya ngambek. Tapi Reni tidak menyadarin hal itu.
“Tapi kok Rei menjauhi dia dari gw? Pasti dia ada apa-apa sama aku. Kasih tau aja Ren, meski menyakitkan gpp kok.” Bujuk Dinda pada Reni, Tapi Reni hanya trdiam. Tiba-tiba rei datang sambil ngos-ngosan, kayak barui lari keujung dunia aja ni anak . Pikir Dinda.
“Heh, gw nyari loe berdua kemana-mana chuy.. rese de.” Omel Rei sambil mencoba menetralkan nafasnya.
“Hei Rei, syapa cowok tadi?” Tanya Dinda to the point tanpa mempedulikan Keadaan Rei yang sedang ngos-ngossan.
“Di..dia..” Rei bingung harus menjawab apa. Ia melirik ke arah Reni dan ia tak menemukan alasan untuk menjelaskan siapa cowok itu.
“Dia Cuma ngefans aja sama lw kok.” Jawab Rei ngasal.
Ya dinda memang orangnya ciurigaan, bahkan alanas Rei itu, yang sungguh aneh dan tak masuk akal, sebenernya masih membuatnya bingung dan curiga, tapi dia memutuskan mengakhiri pembicaraan tentang topik itu, dan menyimpan rasa curiganya.

Sampai dirumah Dinda melihat kamarnya berantakkan. Dia baru sadar ternyata ia sudah seminggu tak merapikan kamarnya..
“TIDAAAKK” Teriaknya ketika melihat kamarnya bergitu berantakkan.ENtah mengapa tubuhnya bergerak sendiri seolah memaksanya untuk lebih dulu menyusun pakaian yang sudah diseterika mbak ina kedalam lemari pakaiannya.
Saat ia mengeluarkan ii lemarinya yang ternyata juga berantakkan, ia menemukan sebuah buku pink. Dan dengan penuh penasaran ia mengambil buku itu dan mulai membukanya. Ia membaca buku itu halaman per halaman, dan a terkejut.


Disamping itu, dalam waktu yang bersamaan, Reni dan Rei, tidak langsung pulang kerumah. Setelah mereka mengantarkan Dinda, dan tak singgah dirumah Dinda dengan alasan masih ada acara, mereka mampir disebuah rumah makan, mereka memesan makanan dan makan bersama sambil bercakap-cakap.
Rei: hmmm.. Ren, gimana yah kalo suatu hari Dinda inga semuanya, atau si Frans berusaha mengingatkan masa lalu pada Dinda?”
Reni” Kita cegah aja supaya jangan deh sampe terjadi hal itu. Kita harus awasi DInda tiap saat, supaya baik Fras, Esti, Ivan, atau syapapun itu gag ada kesempatan buat ngembaliin memori Dinda.
Rei: Kalo dari faktor lain mereka tau, misalnya.. ?
Reni: Apa? Diary? Kan udah kita amanin..
Rei:Iya yah? Heheheh ..
Terdiam sesaat sambil asik menikmati makanan masing-masing.
Reni:Ehhh..ehh.. tapi rei, gw kemarin udah baca loh diary Dinda.
Ria :Wah parah lo.. Tapi gpp sich, terus emang kenapa? Kok heboh?
Reni: Kok gak ada yah cerita bagian waktu dia mengagumi Frans??


Hari ini, pagi ini, asanya Dinda bener-bener gundah. Dari kemarin ia selalu bertanya dalam hatinya, apa benar cowok itu Frans? Atau dia Ivan? Tapi ivan gendut. Atau dia Reza?? Lalu syapa juga Esti? Kenapa yah dalam diary ku Reni dan Rei harusnya kenal mereka semua, dan mereka semua adalah temanku, kenapa Reni dan Rei gak memperkenalkanku pada mereka? Jaha sekali mereka. Mereka bilang kalo Cuma mereka berdua temanku dari dulu? Jahat sekali.

Brrmmm.. Suara mobil terdengar dari luar gerbang rumah Dinda. Dinda kaget mendengarnya, ia kaget, dan gak tau harus gimana menghadapi temannya itu. Ia segera masuk dan mengunci kamarnya setelah ia meminta tolong pada mbak ina untuk bilang bahwa ia sudah pergi duluan.
“mbaaak..” Terdengar suara Rei memanggil Mbak ini.
“Iya non..”
“Looh.. si gedeng mana, si Dinda?”
“Ngg. Udah berangkat tuh non, katanya pengen nyoba sendiri” Jawab mbak ina berbohong.
“hah? Sendiri? Yaudah deh, qu berangkat yah..” Terdengar Rei kecewa karena tak menemukan Dinda.
Setelah Dionda memastikan Rei sudah keluar, dan mobilnya sudah pergi ia keluar dari kamar.
“mbak, aku pergi yah” Pamitnya pada mBak Inda.

Sampai di kampusnya ia, ia berjalan ke arah kelasnya. Dan ketika itu juga ia bertemu dengan pria yang kemarin menyapanya.
Frans yang menyadari keberadaan Dinda dideaktnya segera menghindar dan pergi. Tapi Dinda yang juga sudah melihat Frans langsung tak sabaran membongkar rasa penasarannya, ia mengejar Frans dan mencoba menggapai tangannya, ia berlari akhirnya ia berhasil memegang tangan frans.
Entah mengapa, inda merasa kejadian ini sudah pernah terjadi. Dinda yang sudah berhasil meraih tangn Frans dan menghentikan Frasn, hanya bis aterdiam dan menatap Frans dengan dalam, walaun ia menatap Frans tapi sebenarnya pikirannya bekerja pada hal lain, pikirannya mencoba mengingat masa lalunya.
“Ini dahpernah terjadi din.” Akhirnya Frans mencoba mengangkat bicara duluan ambil ngos-ngossan. Dinda mengerutkan keningnya mencoba menginga masa lalu.
“Waktu kamu marah sama aku gara-gara aku siram kamu didepan teman-teman kamu,, Dan aku berusaha terus ngejar kamu. Kamu berlari begitu cepat. Tapi tetap saja akhirnya aku berhasil nangkep pergelangan tanganmu. Dan aku berhasil menyatakan perasaan aku.” Frans dengan ragu menceritakan masa lalunya, seolah dapat membaca pikiran Dinda.
“Sayang, sekarang kamu yang ngejar aku.” Lanjut Frans.
“Kamu...?”
“aku..? Knp sama aku? Apa setelah 9 bulan kamu tidur, kamu gak ingat sama aku..? AKu Frans ..”
Dinda terkejut. Matanya membulat membuat wajahnya yang mungil terlihat lucu. Ia sangat tak menyangka Frans. Orang yang dulu ia cintai. Tiba-tiba seseorang menarik bahu Dinda. Dan menariknya kebelakang dengan kuat. Dan Tiba-tiba muncul Reni dari belakang Dinda (sudah pasti pemegang bahu Dinda adalah Rei.).. PLAK. Ia menampar Frans dengan begitu kuat.
“Baguus.. Puas lo.. ngapain lo ceritain ke Dinda tentang hal itu? Percuma, Dinda gak bakal ingat sama makhluk busku kayak lo, lo itu bukan syapa-syapa dia. Mending lo pergi jauh-jauh deh, dia gak kenal sama lo.” Bentak TReni pada Frans. Ternyata saat itu Esti dan Ivan juga sedang lewat daerah itu. Mereka tanpa sengaja melihat kejadian itu, dan memberanikan diri mendejkat.
“Reni..” Sapa esti pada Reni yang masih emosi.
“Ngapain klo kesini juga?” Bentak Reni pada Esti.
“Kok lo kasar sama kita? Gw kebetulan kewat aja kok.. , ada apaan sich ni, kok lo nampar Frans/”

Akhirnya Ria melepas bahu Dinda dan melangkah maju kedepan Dinda.
“Kenapa? Lo mau ditampar juga? Untung lo semua kumpul, lo semua itu sampah tau gak!! Lo jangan pernah nemuin kita lagi deh sama Dinda. Kita gak butuh pengkhianat kayak lo semua tau!!” Rei membuka mulutnya namun hanya berkata kasar.

Dinda merasa kepalanya pusing, ia merasa aneh dengn kejadian didepan matanya yang begitu chaos. Semua terjadi begitu saja membingungkan.
“Tidaaaaaaaaaaaaaak..” Teriaknya. Ia sangat sedih melihat teman-temannya marah-marah gini. Ingin ia menangis (udah nangis deh), mungkin merekakah yang ada dalam diary ku? Ia merasa kepalanya semakin sakit, ia mencoba menahan dengan memeras rambutnya.. Tapi. Kenapa..? Kenapa .. tiba-tiba sekitarnya terlihat gelap. Semakin gelap..

“Rei. Nanti, kalau gw udah nikah. Lo mesti bantuin gw beres-beres rumah pas gw hamil.” Ucap dinda dengan lugunya.
“hah? Ogah deh, kalo disuruh jaga lo pas belanja gpp. Tapi ditraktir yee.. hehehehe..”
‘hiii.. Mata duitan Rei!! Eh din, kita ntar rumahnya bersebelahan yah, dan kalo anak kita sepasang, kita jodohin aja, gimana?” Tanya Esti pada Dinda yang manyuun mendengar tanggapan Rei.
Dinda mengangguk kepalanya, dn mereka teraw bersama. Reni datang membawakan minuman dan mereka menikmatinya. Tapi tiba-tiba byuuurr… Seember air membuat badan Dinda basah kuyub. Dinda yang kaget plus malu mukanya langsung merah. Teman-temannya yang kaget dengan kejadian itu reflek tertawa ngakak.
‘Dinda basah, eh menid kok didepan umum. Wakkakkakk.” Ledek Ivan pada Dinda.
Dinda memberanikan diri melirik kebelakang, ternyata itu perbuatan Frans. Rasn dengan santai hanya tersenyum.
“Hehehehehe.. supriise.. nih din, emang bukan ultah lo, tapi gw Cuma mau ngomgng sesuatu dan ngasi ini, gw mu bi..” Belum sempat Frans menyelesikan kata-katanya, Dinda mengambil sebuah kotakyang dibungkus ping rapih, dan d=melemparnya kuat-kuta. Frans yang terkejut reflek memasang muka mara. Semua orang menghentikan aksi tertawa mereka. Tanpa disaari oleh Dinda, air matanya sudah mengalir, dan ia berlari kencang. Ia keluar dari taman dekat ruma Rni. Dan terus berlari tanpa tujuan. Akhirnya ia sampai dipinggir sungai didepan perumahan Tempat Reni tinggal. Ia duduk dibawah pohon dan menangis. Ia malu!
Sementara itu Frans bingung haus gimana ia memungut kado yang sudah dibungkusnya dan menatapnya dengan kecwa.
“Kok lo nyiram dia Frans?” Tanya Reni.
“Gw pengen nembak dia, dan kasih dia baju baru, dan gw pengen dia segra pake ini. Kalua dia basah kan dia langsung ganti bajau” Jawab Fans dengan lugu.
Ya.. saat itu iamereka semua memang anak yang lugu, mereka masih kels 2 SMP.
“Kejar Frans.. gimanapun dia butuh penjelasan dan hiburan.” Reza berkata dengan penuh bijaksana sambil menepuk bahu Frans seolah memberi kekuatan dan duungan.
Frans mengangguk sesaat dan berlari mencari Dindaa.

Fran berlari. Ia sudah hapal betul Dinda, dari kecil ia sudah berteman baik dengan Dinda. Dinda kalu marah pasti akan berlari lurus, dan mencari tempat yang nyaman, yaitu sungai. Ya, dan dengan cepat Frans pun menemui Dinda menangis dipinggir sungai, dibawah pohon.
Frans mendatangi Dinda dengan gati-hati.Bru saja Frans mau duduk, Dinda sudah berdiri, dan berlari lagi, Frans langsung mengejarnya, dan berhasil meraih tangnnya.
“din, maavn aku yah..” Frans mulai berbicara dengan hati-hati.
“Gag perlu. Lo emang jahat Frans, tea lo mempermalukan gw.” Dinda bebicara ditengah tangisnya.
“Din, “ Fran mencoba menaik tangan kiri dinda.
“Liat sini din..” Kali ini frans mnarik kedua tangan dinda, dan memaksa dinda melihat keaeahnya. Dinda menarik kedua tangannhya dengan kasar, dan masih menangus.
“Apaan sich” Bentaknya, namun masih nurut untuk melihat ke arah frans. Frans menarik lagi kedua tangan Dinda dan menggenggamnya kuat, membuat Dinda pasrah saja. Kali ini jantung frans begitu berdebar, namun ia tetap memberanikan diri untuk berbicara.
“Din, aku gak ada maksud mempermalkan kamu, aku sayang sama kamu, tadi aku nyiram kamu, supaya kamu langsung bisa memakai baju yang mau aku kasih ini, dan aku mau bilanhg kalau aku.. aku suka sama kamu.”
Dinda kaget mndengarya. Ia terdiam sesaat, dan akhirnya ia menangis lagi, ia makin kuat menangis, tapi sekarsang tangisnya sudah menjadi tangisan bahagia dan haru, Frans memeluknyadengan hangat. Dandinda membalas pelukkan Frans itu.
“Aku ayang kamu dinda, kamu mau gak jadi pacar aku? Bisik dinda..
“Ya..” Jawab dinda sambil menganggukkna kepalanya.




Kepala dinda terasa lebih baikkan. Rasanya tadi dia bermimpi, tapi pernah terjadi. Ia membuka pelan-pelan matanya, dan sekitarnya berwarna putih.
‘Dmana nih??” Tanyanya setelah mendapatkan Rei berada disebelahnya.
‘i..ini dirumah sakit” jawab Rei.
“Mana Frans, Esti, Ivan, dan Reza.” Anya Dinda pada Rei. Rei begitu kagt mendengarnya. Ia kaget tak menyangka kalu Dinda sudah ingat semuanyaa.
“Mereka.. mereka diluar..” Jawab Rei akhirnya kaena tak punya pilihan.

Frans, Esti, dan Ivan lah yang hadir, karena kabarnya Reza sedang tugas di Yogya. Dinda menatap mereka. Ia tersenyum. Ia sudah mulai mengingat samar-sama r tentang mereka dan kenangan bersama mereka.
“Maavn kita Din, kita udah ngeklukain hati lo, kita gak oantas disebut sahabat ataupun temen lo, kita udah kejam sama lo.” Estiberbicara dengan takut-takut, Rei dan Reni kali ini hanya diam. Wajah mereka pucat dan takut. Sudah banyak mereka berbihong pada Dinda.
“Teman.. semua sudah berlalu, Reni, Rei, kalian udah bohongin gw.. kalian tega banget, tapi gw sadar itu semua buat ngejaga perasaan gw, gw tau kalian sayang sama g.” kata Dinda begitu melihat Reni dan Rei ketakutan.
“Esti, Ivan.. Gw udah maavn kalian kok. Entah syapa yang harus disalahkan disini. Gw kah karena gak sadar-sadar, atau kalian? Apapun tiu, tapi gw gak pengen bahas itu lagi, dan musuhan gara-gara itu. Kita gak tau kapan hidup kita berakhir. Apa salahnya kita ulang perasahabatn kita dari awal?” Dinda berkata pada Esti dan Ivan, dan karena terharui Esti menangis. Tak lama kemudian ia memeluk Dinda.
:”Maafn gw zDIn, lo dari dulu emang baiik banget sama gw. Gw jahat banget sudah ninggalin lo!!”


Dua hari dirumah sakit, Dinda langsung diizinkan pulan oleh Dokter. Frans dan Reni yang menghantarya. Saat ini hubungan Dinda dan frans hanya sebatas teman. Sampai saat ini Dinda belum pernah sedikitpun berbicara dengan Frans, begitu puila Frans.
Tapi merekas usduah berdamai.
“Din, hari ini teman-teman yang lain bakal dateng kerumah nyambut lo, lo istirahat gih dulu.” Kata Reni pada Dinda setelah sampai dirumah.
“Ah gak, gw mau ketaman sebentar, boleh kan?” Tanya Dinda ada Reni.
‘Oh, yaudah, jangan lma-lama bu..”

DInda berjalan sendiri kesebuah taman. Ya.. taman yang menyimpan keangan itu. Taman tempatnya disiram., Tempat dia dan teman-temannya sedang berkumpul.
“Din..” Tiba-tibda sebuah suara yang sangat dia kenal memanggilnya lebut.
Dinda menoleh kebelakang unuk melihat sosok sumber suara itu, sosok yang sebenranya sudah ia rindu. Sosok Frans Andira.
“Ya frans..” Sahut Dinda sambil tersenyim
“Maafn aku yah, aku mutsin kamu begitu saja. Aku.. aku sempat pacaran dengan Desi anak yang satu kampus dengan ku. Tapi, entah mengapa , kamu selalu terbayang dalam hatiku.. Akhirnya aku gak berani melanjutkannya, kami hanya awet 5 hari Din.’ Fran bercerita sambil memandang kearah langit.
Dinda tersenyumpolos..
“Udah 3 bulan ini, aku gak punya pacr.. Dan aku beruntung gak pacaran.. Karena.. ternyata Bidadariku belum pergi..”
“Oh ya?” Tanya Dinda sambil tersenyum senang. Ia menebak dalam hatinya bahwa Frans akan minta baklikkan.
“Kamu.. ah bukan.. kita.. apa kita bisa mengulang semuanya dari awal? Aku masih mencintai kamu, apa kamu mau.. mau kemali sama aku?” Tanya Fran sambil memegang kedua tangan inda, mebgulang kejadian yang tlah lalu. Dan dinda tersenyum,. Ia melepaskan dirinya, dan membenamkan tubuhnya dalam dekapan hangat Frans . Ia menganggukkkan kepalanya. Dan..
Byuuurr…

Seember air menyiram tubuh Frans dan Dinda. Tapi, Dinda dan Fran tak marah, mereka malah tertawa geli sambil makin memper erat pelukkan mereka.
“Kamu gak apa-apa kan sayang?” Tanya Frans pada Dina samli memegang kepalanya.
“Aku kedinginan, sayang?” awab Dinda manja.
“Hujan sial nih.. Kita bales yuuk..”
Dinda mengangguk kepalany.
“chiiiiiiiieeeeeeeeee..” Teriak Reni,, Rei, Esti dan Ivan berbarengan melihat Frans dan Dinda tak juga melepaskan pelukkan mereka.
“Kangen berat nih ampe gak bisa lepas?”
Teriak Reza ..
Dinda langsung melepas pelukan Frans begitu menyadari keberadaan Reza.
“Reza..” Teriak Frans dan Dinda berbarengan,
“Rezaa..” Teriak Dinda sambil berlari kearah Rez.
Plakk.. Pukul Dinda pada bahu reza setelah Reza berada disbelah Reza.” Gw kangen sama Lo tau..” Rengek Dinda manja.
“Iya din, w juga. Gw diundang Reni nih. W minta maaf yah udah jadi orang pertama yang ninggalin lo.” Reza membelai kepala Dinda..
“eheeemm” Frans pun sokj berdehem-dehem, setekah merasa dirinya yang sudah disebelah Reza malah dicuekkin. Dinda tertawa milihatnya, Dan reza segera melepaskan tangannya dari kepala DInda.
“Gpp kok Rez, gw udah maafn lo.” Jawab DInda.
MEreka semua tersenyum, dan akhirnya mereka semua menyatu menjadi satu

knln ma gue.. add fb gw di Andre.iraone@yahoo.co.id

ksii comment yh di blog gw..thx..

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIAH JABAL NOER PALEMBANG

BAB 1
PENDAHAULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam proses penguasaan bahasa pertama, tentu saja anak mengalami tahapan tertentu karena pemerolehan bahasa adalah suatu proses pemahaman dan penghasilan bahasa pada manusia dengan melalui beberapa tahap, mulai dari meraban sampai kepada kefasihan penuh. Mulanya anak hanya mendengarkan ujaran yang dikemukakan orang di sekitarnya kemudian dari ujaran yang didengarnya, anak mulai meniru dan akhirnya mengeluarkan ujaran. Mulanya satu kata, dua kata, dan sampai pada akhirnya dapat mengucapkan kalimat seperti orang dewasa.
Memasuki usia sekolah dasar, anak mulai mengenal bahasa selain bahasa pertama. Pada umumnya bahasa tersebut berupa bahasa Indonesia. Dalam hal ini bahasa Indonesia dapat dikatakan sebagai bahasa kedua. Di lingkungan sekolah yang menggunakan bahasa pengantar, bahasa Indonesia, pemakaian bahasa pertama biasanya secara spontan masih digunakan oleh siswa. Akhirnya, sering terjadi ‘pencampuran bahasa’ di lingkungan sekolah , baik dalam ujaran maupun tulisan. Dalam konteks tulisan, kesalahan berbahasa yang diakibatkan adanya pengaruh bahasa pertama dapat dilihat dari bentuk tulisan siswa yang berupa karangan. Dengan bahasa tertulis, bukti analisis akan dapat dilampirkan.
Oleh karena itu, makalah ini mengambil sampel tulisan atau karangan siswa sekolah dasar, yaitu karangan siswa kelas VII MADRASAH TSANAWIYAHSDN JABAL NOER PALEMBANG sebagai bahan analisis pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan makalah dalam makalah ini adalah bagaimanakah pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa Indonesia dalam karangan siswa kelas VII MADRASAH TSANAWIYAHSDN JABAL NOER PALEMBANG.
1.3 TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa Indonesia dalam karangan siswa kelas VII MADRASAH TSANAWIYAHSDN JABAL NOER PALEMBANG.

1.4 MANFAAT
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat menganalisis pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa Indonesia dalam karangan siswa kelas IV SDN 5 Campang Tiga Kec. Cempaka Kab. OKU Timur.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
2.1.1 Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan pelajar. Kesalahan berbahasa atau language errors beraneka ragam jenisnya dan dapat dikelompokkan dengan berbagai cara.
Pertama, kesalahan yang disebabkan unsur kelelahan, keletihan, dan kurangnya perhatian yang disebut sebagai unsure performansi yang merupakan kesalahan penampilan atau dalam kepustakaan disebut mistake. Keterbatasan mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, atau kalimat dan sebagainya. Tekanan psikologis, seperti emosi dapat menimbulkan salah ucap. Kekeliruan dapat diperbaiki siswa, bila siswa mawas diri dan lebih memusatkan perhatian. Siswa sebenarnya sudah mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakan, namun karena sesuatu hal mereka lupa akan sistem tersebut, karena itu kekeliruan bersifat sementara, tidak sistematis, dan perbaikiannya dapat dilakukan sendiri oleh siswa.
Kedua, kesalahan yang disebabkan kurangnya pengetahuan kaidah-kaidah bahasa yang disebut sebagai unsur kompetensi yang merupakan penyimpangan-penyimpangan sistematis yang disebabkan oleh pengetahuan pelajar yang sedang berkembang mengenai unsur bahasa kedua disebut errors. Siswa memang belum memahami unsur linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Perbaikan dilakukan guru dengan pengajaran remedial, latihan dan sebagainya. Kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa atas sistem bahasa yang sedang dipelajari. Bila tahap pemahaman siswa kurang, maka kesalahan sering terjadi, dan sebaliknya bila pemahaman semakin meningkat, maka kesalahan akan berkurang. Kesalahan bersifat permanen, sistemetis, perbaikannya memerlukan bantuan guru dan menggambarkan kemampuan pada tahap tertentu.
2.1.2 Jenis Kesalahan Berbahasa
Secara garis besar, kesalahan berbahasa dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1) Kesalahan antarbahasa (interlangguage errors), yaitu kesalahan yang disebabkan oleh interferensi bahasa ibu siswa terhadap B2 siswa yang dipelajari.
2) Kesalahan intrabahasa (intralingual), yaitu kesalahan yang merefleksikan unsure ciri umum kaidah yang dipelajari, seperti kesalahan generalisasi, aplikasi tidak sempurna terhadap kaidah-kaidah, dan kegagalan mempelajari kondisi penerapan-penerapan kaidah.
2.1.3 Konsep Analisis Kesalahan Berbahasa
Dalam studi pemerolehan, analisis yang berusaha memetakan kesalahan berbahasa dikenal sebagai Analisis Kesalahan Berbahasa (Anakes). Konsep dasar analisis kesalahan berbahasa seperti yang dikemukakan Kridalaksana (1984), “Analisis kesalahan berbahasa adalah teknik untuk mengukur kemajuan belajar bahasa dengan mencatat dan mengklasifikasi kesalahan-kesalahan yang dibuat seseorang atau sekelompok.”
Kesalahan berbahasa Indonesia seperti yang dikatakan Syafe’í (1984: 102) adalah pemakaian unit-unit kebahasaan yang meliputi bentukan kata, kalimat, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang melanggar kaidah-kaidah bahasa. Kaidah yang digunakan sebagai standar acuan dan menentukan unsur kesalahan berbahasa yang diperbuat oleh pemakai bahasa Indonesia adalah kaidah bahasa Indonesia dalam pemakaian ragam bahasa Indonesia baku yang digunakan pada situasi formal, baik secara lisan maupun tulisan.
2.1.4 Analisis Kontrastif
Analisis kontrastif adalah kegiatan yang mencoba membandingkan struktur bahasa pertama (B1) dengan struktur bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan kedua bahasa itu.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Ali (1987:120) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah metode yang berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang dihadapì dengan cara mengumpulkan data, mengklasifikasikan data, menganalisis, menginterpretasikan data, dan membuat kesimpulan serta laporan.
Dengan menggunakan metode deskriptif diharapkan dapat membantu mendeskripsikan pengaruh bahasa pertama dalam karangan siswa kelas IV SDN 5 Campang Tiga Kec. Cempaka Kab. OKU Timur.
3.2 Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah karangan siswa kelas IV SDN 5 Campang Tiga Kec. Cempaka Kab. OKU Timur. Siswa kelas IV berjumlah 20 orang dan 2 siswa
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Tes mengarang
Penelitian dilakukan pada siswa kelas IV SDN 5 Campang Tiga Kecamatan Cempaka Kabupaten OKU Timur. Siswa kelas IV berjumlah 20 orang.
3.4 Teknik Analisis Data
Setelah data hasil tes mengarang terkumpul, selanjutnya dilakukan kegiatan pengolahan data. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kesalahan berbahasa dan analisis kontrastif. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data hasil tes mengarang adalah sebagai berikut.
1) Membaca dan memahami karangan siswa. Data yang sudah diperoleh melalui tes mengarang, dibaca dan dipahami satu per satu.
2) Mengelompokkan hasil karangan siswa.
3) Mengidentifikasi unsure-unsur kesalahan morfologi dan ejaan.
4) Melakukan analisis kontrastif kesalahan, yaitu dengan membandingkan struktur bahasa pertama siswa dengan struktur bahasa Indonesia.
5) Membuat kesimpulan. Menyimpulkan hasil analisis data berupa penyimpangan (kesalahan) berbahasa yang terdapat dalam karangan siswa, apakah akibat pengaruh bahasa pertama siswa itu sendiri atau bukan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHSAN PENGANALISISAN
4.1 KESALAHAN EJAAN
4.1.1 Keasalahan Tulisan
a) Penulisan Judul
Hampir semua judul karangan siswa ini tidak sesuai dengan tata bahasa indonesia yang telah ditetapkan, sperti.
a) memancing di laut musi, Seharusnya: Memancing di Laut Musi (karangan Andika)
b) Jatuh bersepeda, Seharusnya: Jatuh Bersepeda (karangan Dendi)
c) pulau Dewata, seharusnya: Pulau Dewata (karangan Maya)
Dari 35 karangan yang judulnya sudah benar hanya ada 3 orang siswa, yaitu Minanta, Herliana, Leni Andrian.
b) Paragraf
Ada karangan siswa yang tidak menggunakan paragraf. Karangan itu terdapat pada karangan: Herliana, Musum Minarta, Koko, Oktavia, Aleksander, Verim, Muslim Bahaduri, Mutiah, Murina, Muhajirullah dan Andika.
c) Penulisan Huruf Kapital
Keslahan ini juga merupakan keslahan yang banyak ditemui dalam analisis seperti yang terjadi pada karangan siswa berikut ini:
a) PaDa HaRi minggu,....... (karangan Muslim)
Seharusnya: Pada hari minggu,.....
b) Pada hari libur sekolah nanti ingin Sekali Pergi ke Rumah kakekku.... (karangan Sangkut Apriadi)
Seharusnya: Pada hari libur nanti ingin sekali pergi ke rumah kakekku
c) 3 bulan kemudian tanaman saya menghasilkan buah-buahan yang sangat lezat. allah maha pengasih lagi maha penyanyang.
Seharusnya: 3 bulan kemudian tanaman saya menghasilkan buah-buahan yang sangat lezat. Allah maha pengasih lagi maha penyayang.
d) Penulisan Kata Depan
Kata depan di, ke, dari, dtulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kat yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada, dan daripada. Namun, siswa masih sering salah dalam menuliskannya, anataralain:
a) kerumah , seharusnya ke rumah (karangan Fitri)
b) kesana, seharusnya ke sana (karangan Sudinan)
c) didepan, seharusnya di depan (Pait Ranang Arinsah)
d) di pandang, seharusnya (dipandanga Anita)
Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa pada kleas VII, siswa belum menguasai ejaan. Ini terlihat dari data 35 karangan siswa ini hanya ada 1 karangan yang sudah dapat dikategorikan sesuai dengan EYD, yaitu karangan Leni Andriani. Itupun kalau kalau dicermati, karangannya hasil melihat dari buku dan pada judulnya pun masih dituli salah.
4.1.2 Kesalahan Penggunaan Tanda Baca
Kesalahan tanda baca merupakan keslahan yang banyak ditemui pada karangan siswa kelas VII ini. Bahkan, ada karangan siswa yang tidak menggunakan tanda titikn (.) atau ada, tetapi cuman satu atau dua saja, itupun penggunaannya masih salah. Hal seperti ini dapat dilihat pada karangan: Aleksandra, Rena Kastila, Murina, Mutiah, Verim, dan Muslim Bahaduri.
Hal di atas, bukan berarti pada karangan siswa yang lain sudah dikategorikan benar. Hanya saja, kesalahan pada karangan siswa yang lain tidak sebanyak atau “separuh” karangan siswa yang disebutkan di atas, misalnya:
a) Kesalahan TandaTitik (.)
Keslahan tanda titik yang dimaksud pada intinya ada dua yang dapat ditemukan pada karangan siswa kls VII ini, antara lain:
Pertama, siswa menggunakan tanda titik bukan pada tempatnya.
misalakn: Pada hari yang ke 5. Saya pergi kekebuyn itu membawa alat alat rumput. Untuk rumput. (karangan Enie Hartati)
Seaharusnya: Pada hari yang ke-5, saya pergi ke kebun itu membawa alat-alat rumput untuk merumput.
Kedua, siswa yang tidak menggunakan tanda titik (.) pada suatu kalimat yang menpunyai satun kesatuan makna.
Conotoh: Pada saat Pagi hari saya pergi ke taman kami disana Bermain-mainan yanh Biasa kami main.
Seharusnya: Pada saat pagi hari, saya pergi ke taman. Kami di sana bermain-main yang bisa kami main.
b) Kesalahan Tanda (,)
Dalam karangan sering ditemui siswa salah menggunakan tanda baca. Seharusnya menggunakan tanda titik (.), tetapi yang dipakai justru tanda koma (,) atau sebaliknya. Dari sini dapat diketahui bahwa siswa belum dapat mebedakan pungsi tanda baca.
Misalnya: Pada pagi hari kami Berangkat menujuh rumah nenek saya, (karangan Pait Ranang Ariansah)
Seharusnya: Pada pagi hari kami berangkat untuk menuju rumah nenek saya.
c) Kesalahan Tanda Seru (!)
Contoh : Bertanya ap nak ! (karangan Habib Tro)
Seharusnya : bertanya apa nak ?
d) Kesalahan Penggunaan Tanda Tanya (?)
Ditemui dalam karangan siswa kelas VII ini ada beberapa kalimat yang seharusnya menggunakan tanda tanya (?), tetapi tidak.
Contoh : Apakah kamu mau, lalu Putri tadi menjawab. Saya tidak mau ayah. (karangan Oktavia)
Seharusnya : Apakah kamu mau ? Lalu Putri menjawab, saya tidak mau ayah.
4.1.3 Kesalahan Penulisan Kata
a) Penyingkatan Kata
Dalam karangan siswa kelas VII MTS ini, sering ditemui penyingkatan kata yang tidak sesuai dengan EYD antara lain:
a) “dr” : ‘dari’, seharusnya “dari” (karangan Hailul)
b) “dgn” : ‘dengan’, seharusnya “dengan” (karangan Neli Ruhmaini)
c) “ttp” : ‘tetapi’, seharusnya “tetapi” (karangan Umiraini)
d) “pd” : ‘pada’ , seharusnya “pada” (karangan Umiraini)
e) “tiba” : ‘tiba-tiba’, seharusnya “tiba-tiba” (karangan Herliana)
f) “dll” : ‘dan lain-lain’, seharusnnya “dan lain-lain” (karangan Andika)
g) “tdk” : ‘tidak’, seharusnya “tidak” (karangan Aleksandra)
h) “yg” : ‘yang’, seharusnya “yang” (karangan Muslim)
i) “bhs” : ‘bahasa’, seharusnya “bahasa” (karangan Muhajirullah)
j) “kpd” : ‘kepada’, seharusnya “kepada” (karanngan Umiraini)
b) Penghilangan dan Penambahan Huruf dalan Kata
Dalam karangan siswa masih banyak ditemui kesalahan penulisan kata. Kesalahan tersebut berupa penambahan atau pengurangan huruf pada suatu kata seperti:
a) “suda” : ‘sudah’, seharusnya “sudah” (karangan Darus)
b) “sawa” : ‘sawah’, seharusnya “sawah” (karangan Dendi)
c) “iya” : ‘ia’, seharusnya “ia” (karangan Anita)
d) “sala” : ‘salah’, seharusnya “salah” (karanngan Anita)
e) “ulu” : ‘hulu’, seharusnya “hulu” (karangan Anita)
f) “ilir” : ‘hilir’, seharusnya “hilir” (karanngan Anita)
g) “siyang” : ‘siang’, seharusnya “siang” (karangan Samsul)
h) “soreh” : ‘sore’, seharusnya “sore” (karangan Khoirul)
i) “laluh”: ‘lalu’, seharusnya “lalu” (karangan Murina)
j) “pulah” : ‘pula’, seharusnya “pula” (karangan Habib Tro)
Jika dilihat dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa keslahan tersebut terjadi karena bertemunya huruf “h” dengan huruf “a”, “i”, “u”,“e’ dan bertemunya antara huruf “i” dan “y” yang berada pada satu suku kata. Namun,ada juga kesalahn tulisan seperti “karna” : ‘karena’ (karangan Sangkut), “kalun” : ‘kalung’ (karangan Naswati) yang belum bisa diidentifikasi penyebabnya karena data tersebut tidak banyak ditemui. Bisa jadi karena tidak ketelitian siswa. Selain itu, ada juga kesalahan dalam penggunaan huruf, misalnya : maapkan, seharusnya maafkan (karangan Mutiah).
c) Pemisahan Afiks dan Pronomina dari Kata dan Pemecahan Kata
Contoh pemisahan afiks dan pronomina dari kata:
a) “terkait”, seharusnya “terkait” (karangan Anita)
b) “orang tua nya”, seharusnya “orang tuanya” (karangan Ulin)
c) “salah ku”, seharusnya “salahku” (karangan Nurhaq Sabani)
d) “ibu nya”, seharusnya “ibunya” (karangan Marlan)
e) “kata ku”, seharusnya “kataku” (karangan Hailul)
f) “ber tanya”, Seharusnya “bertanya” (karangan Habib Tro)
g) “se ekor”, seharusnya “seekor” (karangan Samsul)
h) “itu lah”, seharusnya “itulah” (karangan Murina)
Contoh pemecahan kata:
a) “per gi”, seharusnya “pergi” (karangan Rena Kastila)
b) “Melin tas si”, seharusnya “melintassi” (karangan Pait Ranang Ariansah)
c) “be temuh”, seharusnya “bertemu” (karangan Daras)
d) “kelempar”, seharusnya “kelempar” (karangan Andika)

4.2. Analisis Morfologi
4.2.1 Afiks
Analisis yang dilakukan terhadap karangan siswa kelas VII MTS ini, menemukan banyak sekali kesalahan dalam pemakaian afiks. Dapat dilihat padacontoh berikut ini:
a) Lalu pancing saya “kelempar” ke tengah laut (karangan Andika)
Seharusnya: “terlempar”, bukan menggunakan prefiks ke-
b) Kami sekeluarga “menaik” sepeda (karangan Hailal Barokah)
Seharusnya: kata “menaik” tidak perlu di beri awalan me-, jadi cukup digunakan kata “naik”
c) “pakaiyan”
Seharusnya: “pakaian”
4.2.2 Reduplikasi
Sama dengan afiks, dalam analisis juga ditemukan kesalahan reduplikasi dalam hasil karangan siswa MTS kelas VII ini, bisa dilihat pada analisis berikut ini:
a) “pepohon-pohonan”, seharusnya “pohon-pohon” (karangan Anaria)
b) “Bermai-mainan”, seharusnya “bermain” (karangan Marlan)
4.2.3 Kata Majemuk
Dalam analisis data karangan siswa MTS kelas VII ini, penganalisis tidak menemukan siswa yang menggunakan kata majemuk.
Dari analisis morfologi, siswa terlihat lebih baik dari pada penggunaan ejaan. Ini terlihat dari kuantitas siswa yang melakukan kesalahan, yakni ada lima siswa dari tigapuluh lima siswa yang ada. Sementara, untuk penggunaan kata majemuk penganalisisan belum bisa menyimpulkan karena data yang ditemukan belum ada.
4.2.4 Bahasa Daerah dan Bahasa Prokem
Dalam mengarang siswa sering juga menggunakan bahasa daerah dan bahsa prokem (bahasa gaul), seperti yang tertera dalam dat berikut ini:
a) “bertemuh” seharusnya ‘bertemu’
b) “keroan” seharusnya ‘tahu’
c) “pingin” seharusnya ‘ingin’
d) “rameh-rameh” seharusnya ‘ramai’
e) “samperin”
f) “keli” seharusnya ‘lele’
g) “untalkan” seharusnya ‘lemparkan’
h) “mengedok” seharusnya ‘menggali’
i) “sekilu lima mato” seharusnnya ‘satu kilo lima ons’
j) “mengetok” seharusnya ‘mengetuk’
k) “reban” seharusnya ‘sangkar atau kandang’
l) “lawang” seharusnya ‘pintu’
m) “udah” seharusnya ‘sudah’
n) “Ladas”
Namun, jika dicermati kesalahan-kesalahan pada sisiwa setelah penganalisis menganalisisnya melalui karangan ini, bahwa kesalahan yang terjadi pada siswa itu bukan disebabkan oleh PB I, melainkan lebih kepada proses belajar siswa yang mjenjadi pengaruhnya.

BAB 5
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penganalisisan yang telah dilakukan yaitu dengan melalui analisis tes mengarang dengan jumlah 35 siswa kelas VII VII MADRASAH TSANAWIYAHSDN JABAL NOER PALEMBAN, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis siswa masih sangat kurang terutama pada penulisan huruf kapital dan tanda baca. Selain itu, ternyata masih terdapat pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa Indonesia dalam penulisan siswa. Namun, ini semua bukan keslahan dari pribadi siswanya itu sendiri melainkan lebih kepada prosesbelajar siswanya yang salah. Oleh sebab itulah, ini perlu di perhatikan dan ditinjak lanjuti agar menjadi lebih baik untuk masa yang akan datang.
Saran
1. Bagi para pengajar bahasa Indonesia hendaknya memperhatikan masalah umum yang sering terjadi dalam penulisan siswa seperti, penulisan huruf kapital, penggunaan tanda baca, bentuk awalan, dan lain-lain.
2. Untuk menghindari pengaruh bahasa daerah, sebaiknya harus sering dilatih atau biasakan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar agar dapat dihindari pemakaiannya baik secara lisan maupun secara tulisan.

KRITIK SASTRA BERDASARKAN ORIENTASI SASTRA DALAM NOVEL AYAT AYAT CINTA KARYA HABIBURAHMAN EL SHIRAZY

1. Latar Belakang
Kehadiran sastra ditengah peradaban manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima sebagai salah satu realita social budaya. Hingga saat ini sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi tetapi juga dianggap sebagai suatu karya yang kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual disampaing konsumsi emosi.
Karya sastra merupakan suatu alat yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan ide, pesan atau keyakina. Karya sastra tidak saja memberikan manfaat sebagai hiburan tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan sebagai pelajaran dan pedoman hidup. Nilai-nilai luhur kehidupan manusia dalam karya sasta berkaitan erat dengan unsur keagamaan. Nilai-nialai tersebut dimaksud untuk memperkaya rohani dan meningkatkan mutu kehidupan manusia.
Karya satra ditulis pengarang untuk anataralain menawarkan model kehidupan yang di idealkannya. Model kehidupan itu anataralain berupa ajaran akhlak yang dituangkan dalam watak para tokoh sesuai dengan panadangan hidupnya. Sebagaimana dapat dilihat dalam kehidupan nyataajaran akahlak tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seprti tingkah laku, dan sopan santun pergaulan tersebut dapat juga ditampilkan dalam cerita melalui watak para tokohnya
Berdasarkan uraian yang telah disamapaikan diatas maka penulis ingin mengkaji dari segi kritik Sastra Berdasarkan Orientasi Sastra Dalam Novel Ayat Ayat Cinta Karya Habiburahman El Shirazy ini. Sebab novel ini meberikan gamabaran dan pencerahan bagi pembaca agar tetap semangat dalam menjalani kehidupan ini.

2. Sinopsis Novel Ayat Ayat Cinta

Judul : Ayat Ayat Cinta
Penulis : Habiburahman El Shirazi
Editor : Anif Sirsaeba A
Penerbit : Penerbit Republika
Tahun Penerbit : 2003
ISBN : 979-3604-02-6
Jumlah halaman : 411 halaman
Cover : kuning muda dan bercampur dengan warna hitam disertai dengan gambar seorang manita bercadar

AYAT AYAT CINTA

Fahri adalah seorang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas Al Azhar, mesir. Ia selalu meneladani Rasulullah SAW. Dalam segala tindak-tanduknya. Hal itu tercermin dari prilakunya sehari-hari, baik dalam bertetangga, berinteraksi dengan lawan jenis, maupun dengan sesama muslim atau nonmuslim. Dakwah adalah aktivitas kesehariannya. Bagi Fahri, dakwah dapat dilakukan di mana pun dan kapan pun. Di ceritakan bagaimna ia dalam metro (kereta listrik), yang membawanya menuju talaqi qira’ah sab’ah, mengingatkan khalayak untuk menghormati tamu dan ahli dzimamah. Juga diceritakan bagaimna ia menjelaskan hukum interaksi laki-laki dan perempuan yang bukan mahram kepada tetangga,Maria yang merupakan pemeluk Kristen Koptik (Qibthi) yang taat.
Selain itu, Fahri juga berusaha untuk menjelaskan bagaimna konsep islam sebenarnya kepada seorang yang tertarik untuk mengetahui islam secara jelas. Alicia, seorang turis Amerika yang telah di tolong oleh Aisha dan Fahri akhirnya menjadi paham terhadapa ajaran Islam yang sesungguhanya dan memutuskan untuk menjadi seorang mu’alaf.
Kehidupan Fahri berubah 180 derajat ketika ia menikah dengan seorang muslimah Turki. Dari seorang mahasiswa miskin yang berangkat ke Mesir dengan menjual sawah warisan keluarga satu-satunya, ia menjadi suami pemilik perusahaan-perusahaan besar yang laba bulanannya berkisar miliaran rupiah. Hidupnya pun menjadi seperti mimpi: tinggal di apartemen yang berada dikawasan elite Cairo, yang juga merupakan tempat tinggal orang-orang penting Mesir, memiliki isteri yang solehah, cantik, cerdas, dan kaya raya.
Sebelum melangsungkan pernikahan, Fahri dilanda dilema yang hebat. Nurul, seorang muslimah asal Indonesia yang selama ini ia cintai ternyata memintanya untuk menjadikan dirinya sebagai istri bagi Fahri. Tentu saja Fahri tidak bisa berkata ap-apa karena sebelumnya ia menerima lamaran seorang muslimah yang belum dikenalnya, yang ternyata muslimah itu adalah Aisha. Fahri sempat dirundung kecewa dan bimbang untuk meneruskan pernikahannya dengan Aisha karena Ijab Kobul belum dilangsungkan. Tetapi setelah ia berfikir jernih maka ia tetap memutuskan untuk tetap menikahi Aisha.
Keimanan dan keikhlasan Fahri diuji ketika ia harus masuk penjara karena difitnah sebagai pemerkosa. Ia dituduh telah memperkosa Noura, seorang gadis mesir yang beberapa bulan sebelumnya pernah ditolongnya melalui bantuan dari Maria. Tentu saja ini merupakan guncangan yang berat bagi keluarga Fahri, terutama Aisha yang tengah mengandung buah cinta mereka. Fahri memang mengetahui bahwa sebenarnya Noura pernah menulis surat cinta kepadanya, tapi ditanggapi dingin oleh Fahri.
Di dalam penjara pun Fahri tetap konsisten menjalankan perintah Allah: berpuasa, dan shalat lima waktu, bahkan ia tetap menjalankan iabadah sunnah, seprti shalat tahajud. Tak hanya itu, sekalipun di penjara ia tetap menimba ilmu dari seorang Guru Besar Ekonomi yang di penjara karena kritik-kritik pedasnya. Fahri mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari petugas penjara, cambukan, pukulan, bahkan perlakuan yang tidak senonoh pun dialami oleh Fahri beserta penghuni lainnya. Tak jarang para tahanan tak kembali lagi ke selnya melainkan kembali ke penciptanya karena siksaan yang mereka siksaan yang mereka lakukan terhadap tahana.
Selain cobaan di dalam penjara, Fahri juga menghadapi godaan untuk menyuap agar ia dapat dibebaskan. Juga terbesit ide untuk memberikan kesaksian palsu agar dapatmembebaskan orang yang tidak bersalah. Namun ia tetap teguh memegang prinsip untuk tetap berjalan berdasarkan tuntutan Alquran.
Kebenaran tetap tidak dapat disembunyiakan. Akirnya Fahri dapat bebas dari penajara berkat kejujuran yang diberikan oleh orang-orang yang tadinya memberikan kesaksian palsu. Setelah bebas dari penjara, kehidupan Fahri berlanjut dengan kisah yang lebih mengahrukan.
Maria, anak tuan Boutros jatuh sakit. Sakitnya ini dipicu oleh kabar pernikahan Fahri dan Aisha. Ternyata diam-diam Maria menyuksi dan mengahrap Fahri menjadi suaminya. Karena tidak ikhlasnya Maria jatuh sakit dan tak sadarkan diri, hanya sentuhan dan belaian Fahri yang dapat menyadarkan Maria dari koma panjangnya itu.
Ada air mata Fahri, ketika ia membaca lembar demi lembar diary yang ditulis Maria. Oarang tua Maria meminta Fahri untuk membelai atau mengelus tubuh Maria untuk merangsang kesadarannya. Namun, ia tak dapat berbuat banyak untuk Maria, sekarang ia telah memiliki Aisha tengah mengandung dan Maria bukanlah muhrimnya tidak mungkin ia dapat menyentuh wanita yang bukan muhrimnya. Bujukan demi bujukan terus datang dari kedua orang tua Maria untuk menikah anaknya.
Fahri benar-benar bingung, namun kebaikan hati Aisha untuk mengizinkannya untuk menikahi Maria menambah beban hati Fahri. Akhirnya, dengan izin, Allah Fahri menikahi Maria yang sebelumnya telah memeluk agama Islam. Tak berapa lama dari proses pernikahannya dengan Maria, Maria dipanggil menghadap yang kuasa.
Begitulah kisah lika-liku kehidupan Fahri yang banyak di hadapkan dengan maslah percintaan, namun mampu ia jalani semua skenario yang maha kuasa itu dengan baik. Akhirnya Fahri hidup berbahagia dengan Aisha. Sedangkan Nurul akhirnya menikah dengan seorang ustadz yang berasal dari negara sendiri.



3. Interpretasi terhadap Novel Ayat Ayat Cinta
3.1Kritik Mimetik
Kebiasaan atau adat istiadat masyarakat Mesir dalam novel Ayat Ayat Cinta tercermin dalam kutipan-kutipan berikut.
Tengah hari ini, kota Cairo seakan membara. Matahari berpijar di tengah petala langit. Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat-jilat bumi. Tanah dan pasir seakan menguapkan bau neraka. Hembusan angin sahara disertai debuyang bergulung-gulung menambahpanas udra semakin tinggi dari detik ke detik. Penduduknya, banyak yang berlindung dalam Flat, yang ada dalam partemen-apartemen berbentuk kubus dengan pintu, jendela, dan tirai tertutup rapat. Memang, istirahat di dalam flat sambil menghidupkan pendingin ruangan jauh lebih nyaman daripada berjalan ke luar rumah, meskipun sekadar untuk shalat berjamaah di masjid. Panggilan azan Zuhur dari ribuan manara yang bertebaran di seantero kota hanya mampu menggugah dan menggerakkan hati mereka yang benar-benar tebal imannya. Mereka yang memiliki tekad beribadah sesempurna mungkin dalam segala musim dan cuaca, seperti karang yang tegak berdiri dalam dalam terjangan ombak, terpaan badai, dan sengatan matahari (El Shirazi, 2004:15).

Kutipan di atas menandakan kebiasaan masyarakat Cairo Mesir yang tergambar dalam suasana keseharian mereka pada saat musim panas sangat tinggi. Dari kutipan di atas, terlihat berbagai gambaran bahwa ketika puncaknya musim panas datang, semua penduduk mesir lebih memilih untuk berlindung di balik flat. Meskipun Azan sudah diperdengarkan namun hanya sedikit sekali orang-orang yang tergerak hatiny auntuk shalat berjamaah ke mesjid dan hanya orang yang imannya tebal mau shalat berjamah ke masjid.
Dari gambaran di atas sudah telihat jelas bahwa ketika puncak musim panas datang itu membuat semua penduduk kota cairo menjadi malas utuk keluar rumahdan apalagi untuk melakukan aktivitas. Hal itu tercermin dalam kutipan berikut “Awal-awal ugustus memang puncak musim panas. Dalam kondisi tidak nyaman seperti ini, aku sebenarnya sangat malas keluar. Rmalan cuaca mengumumkan: empat puluh satu derajat celcius! Apa tidak gila? Mahasiswa asia Tenggara yang tidak tahan panas, biasanya sudah mimisan, hidungnya mengeluarkan darah” (El Shirazi, 2004:16).

3.2 Kritik Pragmatik
Novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburahman El Serazi ini mampu membangkitkan semangat umat uslim yang beraga islam yang ingin mengenal Allah lebih dalam lagi. Novel ini bukan hanya sekedar bacaan novel belaka saja, akan tetapi bisa menjadi motivasi hidup seorang muslim dan muslimah menjadi lebih baik dalam mengarungi kehidupan ini, serta menambah wawasan tentang agama Islam. Hal itu dapat terlihat dari kutipan berikut.
Menjelang Zuhur aku bersiap untuk menjenguk Maria yang sakit, Aisha kuminta di rumah. Dia pesan dibelikan buah pir dan korma. Tab-tiba ada orang membunyikan bel dengan kasar sekali. Aku bergegas membuka pintu dibuntuti Aisha yang penasaran siapa yang membunyikan bel seperti orang gila itu. Begitu pintu kubuka. Tiga orang polisi berbadan kekar menerobos masuk tanpa permisi dan menghardik,
“Kau yang bernama Fahri Addullah?!”
“Ya benar,ada apa?”
“kami mendapatkan perintah untuk menangkapmu dan menyeret mu kepenjar, ya Mugrim!” bentak polisi berkumis tebal.
“Klian bawa surat penangkapan dan apa kesalahan ku?”
“Ini suratnya, dan kesalahnmu lihat saja nanti di pengadilan!”
Aku membaca selembar kertas itu. Aku di tangkap atas tuduhan memeprkosa. Bagaimna ini bias terjadi” (El Sharazi, 2004: 303-304).
Pada kutipan diatas menggambarkan bahwa keimanan dan keikhlasan Fahri diuji ketika ia harus masuk penjara karena difitnah sebagai pemerkosa. Ia dituduh telah memperkosa Noura, seorang gadis mesir yang beberapa bulan sebelumnya pernah ditolongnya melalui bantuan dari Maria. Namun itu semua hanyalah berupa fitnahan dan ujian terhadap Fahri. Air mata Aisha tidak dapat di bendung lagi mengiringi sang suaminya di tangkap polisi. Namun Fahri meminta polisi untuk memberikan kepada sebentar berbica kepada istrinya dengan tujuan untuk meyakinkan dan menguatkan sang istri. Selain cobaan ini ada lagi cobaan hidup yang dialami aleh Fahri yang dapat kita lihat pada kutipan berikut ini.
Setelah berbincang dengan Madame Nahe, Aisha mengajakku berbicara empat mata. Matanya berkaca-kaca.
“Fahri, menikahlah dengan Maria. Aku ikhlas.”
“Tidak Aisha, tidak! Aku tidak bisa.”
“Menikahlah dengan dia, demi anak kita. Kumohon! Jika Maria tidak memberikan kesaksiannya, mka aku tak tahu lagi harus berbuat apa untuk menyelamaykan ayah dari anak yang aku kandung ini.” Setetes air bening keluar dari sudut matanya.
“Aisha, hidup dan mati ad di tangan Allah”
“Tapi manusia harus berusaha sekuat tenaga. Tidak boleh pasrah begitu saja. Menikahlah dengan maria lakukanlah seluruh petunjuk dokter untuk menyelamatkannya.” (El Sharazi, 2004: 376)
Dari kutipan diatas terlihat jelas bahwa cobaan yang dihadapi oleh Fahri benar-benar membuatnya bingung, namun kebaikan hati Aisha untuk mengizinkannya untuk menikahi Maria menambah beban hati Fahri. Akhirnya, dengan izin, Allah Fahri menikahi Maria yang sebelumnya telah memeluk agama Islam. Dengan penuh kesabran dan disertai dengan hati yang ikhlas dalam menghadapi ujianyang Allah berikan kepadanya dalam menjalani kehidupan.
Puncak dari perjuangan tokoh utama di dalam novel ini dalam perjalanan kisah lika-liku kehidupan Fahri yang banyak di hadapkan dengan maslah percintaan, namun mampu ia jalani semua skenario yang maha kuasa itu dengan baik. Akhirnya Fahri hidup berbahagia dengan Aisha. Setelah mereka melepaskan kepergian Maria Istri kedua Fahra untuk menghadap sang Ilahi sperti yang terdapat pada kutipan berikut ini. “Maria mengahadap Tuhan dengan menyungging senyuman di bibir. Wajahnya bersih seakan diselimuti cahaya. Tadi kata-kata yang diucapkannya dengan bibir bergetar itu kembali terngiang-ngiang ditelinga (El Sharazi, 2004: 402)”.
2. Kritik Ekspresif
Novel Ayat Ayat Cinta ini ditulis oleh Habiburahman El Shirazi yang mempunyai latar belakang kehidupan yang kelam. Sejak kecil, ia yang merupakan tokoh Fahri dalam novel ini telah terbiasa hidup mandiri. Kesadaran akan kekurangan orang tuanya dari segi ekonomi , Fahri membagi waktunya untuk bersekolah dan kemudian bekerja guna membantu pemasukan bagi orang tuanya. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Pukul dua belas malam teman-teman sudah tidur. Tapi aku sam sekali tidak bisa memejamkan mata. Aku ingat banyak hal. Aku menelusuri kembali perjalan hidup ku. Sejak masih SD, jualan tempe. Lalu masuk pesantren menjadi khadim Romo Kini sambil melanjut sekolah di Tsanawiyah dan Aliyah milik pesantren. Dan akhirnya dengan susah payah bisa sampai mesir. Aku menangis sendiri ditemani sepi” ( El Sharazi, 2004: 241).
Habuburahman El Shirazi adalah seorang pengasuh tanya-jawab masalah Islam di pesantren Virtual, yang berbasis di Cairo dan beliau mempunyai semangat menulis yang sangat tinggi. Hal itu tergambar dari novel yang tulisnya dan beliau melukiskan kehidupan kota Mesir yang menjadi latar belakang cerita ini dengan begitu mengesankan karena ia mengalami sendiri hari-hari di kota-kota mesir. Seprti yang terdapat dalam kutipan ini, “Awal-awal ugustus memang puncak musim panas. Dalam kondisi tidak nyaman seperti ini, aku sebenarnya sangat malas keluar. Ramalan cuaca mengumumkan: empat puluh satu derajat celcius! Apa tidak gila?” (El Sharazi, 2004:16)
Kesadaran Habuburahman El Shirazi untuk mengeksplor budaya di dikota mesir dalam novel Ayat Ayat Cinta ini terlgambar dari suasan yang di bangun juga diperkenalkan dengan digunakannya bahasa Arab fusha (formal maupun ‘amiyah (informal) hampir dalam setiap pargrafnya. Seprti yang terdapat pada kutipan berikut.
Dengan tekad bulat, setelah mengusir segala rasa aras-arasen (rasa malas melakukan sesuatu) aku bersiap untuk keluar. Tepat pukul dua siang aku harus sudah berada di Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq yang terletak di Shubra El-Khaima, ujung utara Cairo, untuk talaqqi (face to face dengan seorang Syaikh atau ulama) belajar langsung pada Syaikh Utsman Abdul Fattah. Pada Ulama basar ini aku belajar qiraah sab’ah (Membaca Al-Quran dengan riwayat tujum Imam) dan ushul tafsir (Ilmu tafsir paling pokok). Beliau adalah murid Syaikh Mahmoud Khushari, ulama legendaris yang mendapat julukan Syaikhul Maqari’ Wal Huffadh Fi Mashr atau Guru besarnya Para Pembaca dan Penghapal Al-Quran di Mesir (El Sharazi, 2004:16)

Penulis Novel Ayat Ayat Cinta juga sangat peka terhadap problaem dasar kehidupan manusia. Hal itu dibuktikan dari sikapnya sebagai tokoh Fahri di dalam novelnya yang selalu perduli terhadap orang lain dan sikap solidaritasnya yang tinggi terhadap teman-temannya cukup menunjukkan bahwa ia perduli terhadap keadaan di sekitarnya. Sikapnya itu tercerrmin ketika Asraf menoleh ke kanan dan memandangi tiga bule itu dengan raut tidak senang. Tiba-tiba ia berterika emosi, “Ya amrikkaniyyun, la’natullah ‘alaikum!” (Hai orang-orang Amerika, laknat Allah untuk kalian). (El Sharazi, 2004:39) dari perkataan yang dilontarkan Asraf sehingga menimbulkan perselisihan di dalam kreta listrik dan akhirnya semua menjadi terkendali dan tidak terjadi keributan berkat Fahri yang membuat mereka malu atas apa yang mereka lakuakan.

3.3 Kritik Objektif
Unsur-unsur Intrinsik dalam Novel Ayat Ayat Cinta Karya Habiburahman EL Shirazi:
1) Plot atau alur
Dalam novel Ayat Ayat Cinta ini, El Sharazi menggunakan plot campuran yaitu plot maju atau kronologis dan plot mundur atau plot flash-back di setiap bagian bab yang ada yaitu 33 bab. Penahapan plot dalam novel Ayat Ayat Cinta ini adalah sebagai barikut.
(1) Tahap situation, tahap dalam novel Ayat Ayat Cinta terjadi pada bab I yaitu penggambaran suasana di kota mesir sedang dalam musim panas yang mencapai empat puluh satu derajat celcius. Ketika fahri mau ke Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq yang terletak di Shubra El-Khaima, ujung utara Cairo, untuk belajar embaca Al-Quran. Karena novel ini mengandung kata ‘Cinta’, akan tidak lengkap jika kita tidak membahas kesan yang tertangkap bahwa novel ini merupakan novel yang romantis dan ini beralwal dari perjumpaan Fahri dan Aisha waktu pertama kali bertemu di metro (kreta listrik).

(2) Tahap pemunculan konflik, tahap pemunculan konflik itu sudah mulai uncul pada bab III peristiwa ini terjadi di dalam Metro (kreta listrik). Pada saat salah satu penduduk mesir yang bernama Asraf, dia mencaci orang bule yang berasal dari Amerika Serikat dengan perkataan yang sangat kasar. Akibat ulahnya semua penduduk mesir yang ada dalam metro ikut terpancing dan menimbulkan konflik . namun semuanya bias diatasi berkat usaha dari Fahri dan pada akhirnya mereka malu atas apa yang telah mereka lakukan.

2) Tokoh dan Penokohan
(1) Tokoh
Setelah membaca novel Ayat Ayat Cinta disimpulkan bahwa kisah yang terjalin dalam rangkaian peristiwa karya Habuburahman El Shirazi diperankan oleh beberapa tokoh cerita. Tokoh-tokoh cerita tersebut dibagi menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang ditampilkan terus-menerus dan diutamakan penceritaanya sehingga mendominasi sebagian besar cerita. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh-tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan kadar kemunculannya berhubungan dengan peristiwa atau kejadian yang dialami oleh tokoh utama. Tokoh utama novel Ayat Ayat Cinta adalah Fahri. Adapun tokoh-tokoh tambahan adalah tokoh Aisha, Maria, Alicia, Noura, sayakh Utsman Abdul Fattah, saiful, rudi, hamdi, misbah, Madame Nahed ibu dari Maria, tuan bouttros Rafael girgis, syaikh ahmad, musthafa.
(2) Penokohan
Pelukisan tokoh crita dalam sebuah karya fiksi dapat menggunakan teknik analitik dan teknik gramatik. Setelah membaca novel Ayat Ayat Cinta disimpulkan bahwa pengarang menggunakan teknik analitik dalam melukiskan atau menggambarkan penokohan tokoh-tokoh dalam cerita.
a. Fahri
Tokoh Fahri digambarkan sebagai seorang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas Al Azhar, mesir. Ia selalu meneladani Rasulullah SAW. Dalam segala tindak-tanduknya. Hal itu tercermin dari prilakunya sehari-hari, baik dalam bertetangga, berinteraksi dengan lawan jenis, maupun dengan sesama muslim atau nonmuslim. Sperti dalam kutipan berikut ini pada saat orang mesir menghina orang Amerika dalam Metro. “kita semua tidak menyukai tindak kezaliman yang dilakukan siapa saja. Termasuk yang dilakukan Amerika. Tapi tindakan kalian seprti itu tidak benar dan jauh dari tuntunan ajaran baginda nabi yang indah” (El Sharazi: 2004:48).
Selain itu, Fahri juga digambarkan sebagai wanita yang selalu sabar dalam menghadapi semua cobaan dan dia selalu ikhlas dlam menjalani semua cobaan itu dengan sabar tanapa ada rasa optimis. Hal itu dapat di lihat dari kutipan berikut.
Setelah berbincang dengan Madame Nahe, Aisha mengajakku berbicara empat mata. Matanya berkaca-kaca.
“Fahri, menikahlah dengan Maria. Aku ikhlas.”
“Tidak Aisha, tidak! Aku tidak bisa.”
“Menikahlah dengan dia, demi anak kita. Kumohon! Jika Maria tidak memberikan kesaksiannya, mka aku tak tahu lagi harus berbuat apa untuk menyelamaykan ayah dari anak yang aku kandung ini.” Setetes air bening keluar dari sudut matanya.
“Aisha, hidup dan mati ad di tangan Allah”
“Tapi manusia harus berusaha sekuat tenaga. Tidak boleh pasrah begitu saja. Menikahlah dengan maria lakukanlah seluruh petunjuk dokter untuk menyelamatkannya.” (El Sharazi, 2004:376)
b. Aisha
Tokoh Aisha digambarkan sebagai tokoh yang berhati mulia, suka menolong dan tidak sombong. Sikapnya itu tercermin dari kutipan berikut yang terjadi di dalam Metro (kreta listrik).
“ Nenek bule kelihatannya tidak kuat lagi berdiri. Ia hendak duduk menggelososr dilanatai. Belum sampai nenek bule itu benar-brnar menggelongsor, tiba-tiba perempuan bercadar itu teriak mencegah,
“Mom, wait! Please, sit down here!”
Perempuan bercadar putih bersih itu bangkit dari duduknya (El Sharazi, 2004:41)
Aisha juga digambarkan sebagai wanita yang selalu sabar dalam menghadapi semua cobaan dan dia selalu ikhlas dlam menjalani semua cobaan itu dengan sabar tanapa ada rasa optimis. Hal itu dapat di lihat dari kutipan berikut.
Setelah berbincang dengan Madame Nahe, Aisha mengajakku berbicara empat mata. Matanya berkaca-kaca.
“Fahri, menikahlah dengan Maria. Aku ikhlas.”
“Tidak Aisha, tidak! Aku tidak bisa.”
“Menikahlah dengan dia, demi anak kita. Kumohon! Jika Maria tidak memberikan kesaksiannya, mka aku tak tahu lagi harus berbuat apa untuk menyelamaykan ayah dari anak yang aku kandung ini.” Setetes air bening keluar dari sudut matanya.
“Aisha, hidup dan mati ad di tangan Allah”
“Tapi manusia harus berusaha sekuat tenaga. Tidak boleh pasrah begitu saja. Menikahlah dengan maria lakukanlah seluruh petunjuk dokter untuk menyelamatkannya.” (El Sharazi, 2004:376)
“Yahknab baitik!(artinya secra bahasa semoga rumahmu roboh, biasanya di gunakan untuk mengumpat dalam ba hasa jawa senada dengan kata-kata: Bajingan! Dancuk! Dan sejenisnya), kau telah menghina seluruh orang mesir yang ada di metro ini. Kau sungguh keterlaluan! Kelihatannya saja bercadar, sok alim, tapi sebetulnya kau perempuan bangsat! Kau kira kami ini taidak tau sopan santun apa? Sengaja kami mengacuhkan orang Amerika itu untuk sedikit memberikan pelajaran (El Sharazi, 2004:43)
c. Maria
Tokoh Maria digambarkan pengarang sebagai seorang gadis Mesir berwajah cantik dan mempunyai mata yang bening. Maria sangat ramah terhadap siapapun, meskipun ia berasal dari keluarga Kristen Koptik dan kebetulan dia bertetanggan dengan Fahri. Berikut kutipan cerita tentang tokoh Maria.
“ kuhentikan langkah. Telingaku menangkap ada suara memanggil-manggil nama ku dari atas. Suara yag sudah aku kenal. Kupicingkan mataku mencari asal suara. Di tingkat empat, tepat di atas kamarku. Seorang gadis mesir berwajah bersih membuka jendela kamarnya sambil tersenyu. Mata yang bening menatapku penuh dengan binar (El Sharazi, 2004:21-22).
Selain itu, ternyata Maria juga diam-diam menyukai fahri, apa lagi pada saat dia mendengar berita kalau Fahri mau menikah dengan Aisha. Sikapnya itu tercermin dalam kutipan berikut.
“Apa madame?”
“Dia menyebut-nyebut namamu. Hanya namamu, Anakku. Dia ternyata sangat mnecintaimu”.
Kalimat yang diucapakn mademe nahed bagaikann guntur yang menyambar kepalaku. “Tak mungkin itu terjadi, madame!” bantahku.
Yousef langsung menyambut, “benar Fahri, maria sangat mencintaimu. Aku telah membaca diary-nya. Dia menulis perasaan cintanya padamu disana (El Sharazi, 2004:341).

d. Noura
Tokoh Noura digambarkan pengarang sebagai tokoh yang sejak lahir selalu mendapatkan tekanan psikis yang menderita selama ini lebih berat dari siksaan Fisik yang ia terima. Karena waktu lahir Noura tertukar dengan bayi lain jadi dia tidak diasuh oleh orang tua kandungnya. Berikut pelukisan tokoh Noura.
“Aku menangis karena betapa selama ini Noura menderita tekanan batin yang luar biasa. Ia sangat ketakutan, merasa tidak memiliki tempat yang aman. Ia merasa dalam kegelapan yang berkepanjangan. Tanpa cahaya cinta dan kasih dari keluarga. Ia telah kehilangan kepercayaan kepercayaan dirinya sebagai manusia merdeka tanpa belenggu nestapa.Sesungguhnya tekanan psikis yang menderanya selamanya ini lebih berat dari siksaan fisik yang ia terima” (El Sharazi, 2004:168)
Selain itu, ternyata Noura juga diam-diam menyukai fahri, samapi-samapai ia menuduh Fahri telah memperkosanya. Sikapnya itu tercermin dalam kutipan berikut.
Petaka itu datang kembali ketika perutku semakin membesar. Mereka menanyakan kepadaku siapa yang telah menghamiliku. Aku tiak mau berterus terang bahwa bahwa bahadur yang menghamiliku dengan memperkosa aku. Aku sudah sangat benci dengan dirinya.
“akhirnya aku berbohong pada mereka yang menghamiliku adalah Fahri. Sebab aku mencintai Fahri dan berharap nanti Fahri mau menikahiku. Namun yang kulakukan tak lain adalah dosa besar yang sangat keji” (El Sharazi, 2004:387)
e. Alicia
Tokoh Alicia digambarkan pengarang sebagai seorang reporter dari Amerika. Alicia orangnya sangat baik dan bersabat kepada siapa saja dan dia selalu ramah. Alicia juga bersahabat dengan Fahri, Aisha dan Maria. Seperti yang tertera dalam kutipan berikut. “dari national library aku langsung pulang. Di dalam metro aku memkasakan diri membaca dengan seksama pertanyaan yang diajukan Nona Alicia dari Amerika itu” (El Sharazi, 2004: 151)
f. Saiful
Tokoh Saiful digambarkan pengarang sebagai seorang mahasiswa Asia Tenggara yang tidak tahan panas, biasanya sudah mimisa. Saiful tinggal satu flat bersama Fahri dan bersama tiga temannya yang lain. Seperti yang tertera dalam kutipan berikut.
“teman satu flat yang langganan mimisan di puncak musim panas adalah Saiful. Tiga hari ini memasuki pukul sebelas siang samapai pukul tujuh petang, darah selalu merembes dari hidungnya. Padahal ia tidak keluar flat sama sekali” (El Sharazi, 2004:16).
“dalam flat ini kami hidup berlima: aku, Saiful, Rudi, Hamdi, dan Misbah. Kebetulan aku yang paling tua, dan paling lama di mesir. Secra akademis aku juga yang paling tinggi” (El Sharazi, 2004:19)
g. Rudi
Tokoh Rudi dilukiskan pengarang sebagai salah satu sahabat Fahri yang tinggal satu Flat bersama dia. Rudi juga salah satu mahasiswa dan dia sekarang sam seperti Saiful baru mau masuk tingkat empat. Hal itu terlihat jelas dari kutipan berikut.
“dalam flat ini kami hidup berlima: aku, Saiful, Rudi, Hamdi, dan Misbah. Kebetulan aku yang paling tua, dan paling lama di mesir. Secra akademis aku juga yang paling tinggi. Aku tinggal menuggu pengumuman untuk menulis tesis master di Al Azhar. Yang lain masih program s.1. Saiful dan Rudi baru tingkat tiga, mau masuk tingkat empat” (El Sharazi, 2004:19)
h. Hamdi
Tokoh Hamdi digambarkan pengarang sebagai salah satu dari sahabat Fari juga yang tinggal bersamanya dalam satu Flat juga. Hamdi juga seorang mahasiswa dan sekarang dia sedang menunggu pengumuman kelulusan untuk memperoleh gelar Lc atau licence. Hal ini tergambar dari kutipan berikut.
“dalam flat ini kami hidup berlima: aku, Saiful, Rudi, Hamdi, dan Misbah. Kebetulan aku yang paling tua, dan paling lama di mesir. Secra akademis aku juga yang paling tinggi. Aku tinggal menuggu pengumuman untuk menulis tesis master di Al Azhar. Yang lain masih program s.1. Saiful dan Rudi baru tingkat tiga, mau masuk tingkat empat. Sedangkan Misbah dan Hamdi sedang menunggu pengumuman kelulusan untuk memperoleh gelar Lc atau licence” (El Sharazi, 2004:19)
i. Misbah
Tokoh Misbah digambarkan pengarang sebagai salbaiknya Fahri juga dan tidak jauh berbeda dengan yang lain Misbah juga tinggal satu Falat bersama Fahri bersama tiga temannya yang lain. Kalau masalh akademis Misbah sama dengan Hamdi yang sekarang lagi menunggu pengumuman kelulusan untuk memperoleh gelar Lc atau licence, seprti yangterdapat dalam kutipan berikut ini.
“dalam flat ini kami hidup berlima: aku, Saiful, Rudi, Hamdi, dan Misbah. Kebetulan aku yang paling tua, dan paling lama di mesir. Secra akademis aku juga yang paling tinggi. Aku tinggal menuggu pengumuman untuk menulis tesis master di Al Azhar. Yang lain masih program s.1. Saiful dan Rudi baru tingkat tiga, mau masuk tingkat empat. Sedangkan Misbah dan Hamdi sedang menunggu pengumuman kelulusan untuk memperoleh gelar Lc atau licence” (El Sharazi, 2004:19)
j. Madame Nahed ibu dari Maria
Tokoh Madame Nahed ibu dari Maria digambarkan pegarang sebagai tokoh yang sangat penyayang dan ramah terhadap orange lain. Hal itu tegambar dari kutipan berikut” Tolonglah, Anakku, aku tak mau kehilangan Maria. Aku sudah pernah mengalami apa yang dialami Maria. Hanya suaramu, sentuhanmu dan kehadiranmu di sisinya yang akan membuat dia kembali memiliki cahay hidup yang telah redup,” (El Sharazi, 2004:366).
k. Bahadur Gounzouri ayah asuh Noura
Tokoh Gounzauri digambarkan pengarang sebagai tokoh yang yang kejam dan sangat kasar serta tidak mempunyai sifat manusiawi. Ini tergambar pada kutipan berikut ini. “Si muka Dingin Bahadur rupanya masih mencari Noura untuk ia jual kepada serigala-serigala berwajah manusia” (El Sharazi, 2004:198). Selain itu, Bahadur juga tega menodai wanita yang mahram untuk di sentuhnya dan selalu menyiksanya seperti halnya dalam kutipan berikut ini.
“Petaka itu datang kembali ketika perutku semakin membesar. Mereka menanyakan kepadaku siapa yang telah menghamiliku. Aku tiak mau berterus terang bahwa bahwa bahadur yang menghamiliku dengan memperkosa aku. Aku sudah sangat benci dengan dirinya” (El Sharazi, 2004:387).
l. Syaikh Usman (guru ngaji Fahri)
Tokoh Syaikh Usman digambarkan pengarang sebagai tokoh Ustad yang berwibawa dan selalu memberikan contoh yang baik dan selalu adil dan bijak sana dalam mengambil keputusan. Hal itu terlihat dari kutipan berikut. “jadwalku mengaji pada Syaikh yang terkenal sangat disiplin itu seminggu dua kali. Setiap ahad dan rabu. Beliau selalu dtang tepat waktu. Tak kenal kata absen. Tak kenal cuaca dan musim. Selama tidak sakit dan tidak ada unzur yang terpenting beliau pasti datang” (El Sharazi, 2004:16).
m. Syaikh Muda
Tokoh Syaikh Muslim digambarkan pengarang sebagai tokoh Ustad muda yang sangat dekat kepada Fahri dan dia snagat baik dan ramah. Hal itu terlihat dari kutipan berikut. “imam muda yang selam ini dmasih sanagt muda, umurnya baru tiga puluh satu tahun, dan baru ssetengah tahun yang lalu dia meraih gelar magister sejarah Islam dari Universitas Al Azhar” (El Sharazi, 2004:30).
n. Tuan Boutros Rafael Girgis (Ayah Maria)
Tokoh Tuan Boutros Rafael Girgis merupakan Ayah dari Maria digambarkan pengarang sebagai kepala keluarga dari kristen koptik yang sangat taat beribadah. Selain itu Tuan Boutros juga sangat menghormati agama lain dan dia juga suka menolong. Seprti yan tertera dalam kutipan berikut ini pada sat tuan Boutros memberikan kesaksian ipersidangan Fahri.
“penuntut brtanya pada Tuan Boutros, “Apakah anatar jam 2 samapai jam 5 anada tidak tidur, jadi anda tahu persis Noura selalu bersama Maria, misalnya mendengar suara mereka dalam rentang waktu itu?”
Tuan Boutros dengan jujur manjawab, “ Tidak saya sedang tidur. Bahkan jeritan Noura dipukul Bahadur juga tidak saya dengar, Saya terlelap dan bangun jam lima” (El Sharazi, 2004:343-344)
3) Latar
Latar yang ada dalam novel Ayat Ayat Cinta ini terdiri dari latar tempat, waktu, dan sosial. Sebagai latar belakang cerita novel ini kota Mesir. Berikut kutipan secara berturut-turut yang menerangkan hal di atas.
“Tengah hari ini, kota Cairo seakan membara. Matahari berpijar di tengah petala langit. Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat-jilat bumi. Tanah dan pasir seakan menguapkan bau neraka. Hembusan angin sahara disertai debuyang bergulung-gulung menambahpanas udara semakin tinggi dari detik ke detik. Penduduknya, banyak yang berlindung dalam Flat, yang ada dalam partemen-apartemen berbentuk kubus dengan pintu, jendela, dan tirai tertutup rapat. (El Sharazi, 2004:15).

“dan pada kenyataannya tak ada buku atau kitab di dunia ini yang dibaca dan dihapal oleh jutaan manusia setiap detik melebihi Al Quran. Di Mesir saja ada ribuan Ma’had Al Azhar” (El Sharazi, 2004: 24)

“Angin sahara menampar mukaku dengan kasar. Debu bergumpal-gumpal bercampur pasir menari-nari di mna-mana. Kututup kembali pintu apartemen” (El Sharazi, 2004:18)

“Metro (kreta Listrik) samapi di Maadi, sebuah kawasan elite di Cairo setelah Heliopolis, Doki, Elzamalek dan Mohandesen.” (El Sharazi, 2004:37)

“Metro terus melaju. Tak terasa sudah samapai Mahattah Mat Girgis. Ashraf mendekatkan diri kepintu, ia bersiap-siap. Mahattah depan adalah El-Malik El- Saleh, setelah itu Sayyeda Zeinab dan ia akan turun di sana.aku menghitung masih tujuh Mahattah baru samapai di Ramsis setelah itu aku akan pindah jurusan metro Shubra El-Khaima” (El Sharazi, 2004:53)

“Seperti menegrti keinginan kami, begitu selesai talaqqi, Amu Farhat, takmir masjid yang baik hati itu membawakan empat gelas tamar hindi (air sari tebu (minuman paling memasyarakat di mesir saat musim panas))dingin” (El Sharazi, 2004:57)

“dari Nasr City aku langsung ke kampus Al Azhar di Maydan Husen. Langsung ke syu’un thullab dirasat ulya (bagian yang mengurusi mahasiwa pasca sarjan)” (El Sharazi, 2004:86)

“Senja musim panas sungguh indah meskipun tetap tidak seindah musim semi. Aku membuka jendela kamar lebar-lebar. Semburat mega kemerahan menghiasai langit. Bau uap pasir masih terasa. Angin bertiup semilir seolah mengahapus hawa panas” (El Sharazi, 2004:111)

“tak terasa sudah memasuki pertenagahan Septemeber. Suhu musim panas mulai turun. Paling tinggi 32 derajat celcius. Bulan oktober nanti adalah bulan peralihan dari musim panas ke musim dingin” (El Sharazi, 2004:195)

“Mobol kami terus melaju. Lampu-lampu telah manyala seperti bintang-bintang. Langit merah bersemburat indah. Mobil melaju di atas jalan laying yang membelah ramsis. Terus ke barat” (El Sharazi, 2004:245).

“Kami berada di atas jembatan 6 th Oktober yang menyeberangi sungai nil. Reratusan dan nigh club terapung telah menyalakan lampunya. Di depan sana agak ke selatan di tengah dartan seperti pulau di tengah sugai Nil tamapak Tower Cairo menjulang tinggi” (El Sharazi, 2004:245)

“apartemen di mana kami berada memang terletak diujung utara pulau di tengah sungai Nil. Inilah salah satu keindahan kota Cairo di belah oleh sungai Nil yang mengalir dari selatan ke utara” (El Sharazi, 2004:252)

Untuk latar sosial dapat dilihat dari kutipan berikut. “Menjadi pendulang, nelayan bagan, dan kuli pasir
Penduduknya, banyak yang berlindung dalam Flat, yang ada dalam partemen-apartemen berbentuk kubus dengan pintu, jendela, dan tirai tertutup rapat. Memang, istirahat di dalam flat sambil menghidupkan pendingin ruangan jauh lebih nyaman daripada berjalan ke luar rumah, meskipun sekadar untuk shalat berjamaah di masjid. Panggilan azan Zuhur dari ribuan manara yang bertebaran di seantero kota hanya mampu menggugah dan menggerakkan hati mereka yang benar-benar tebal imannya. Mereka yang memiliki tekad beribadah sesempurna mungkin dalam segala musim dan cuaca, seperti karang yang tegak berdiri dalam dalam terjangan ombak, terpaan badai, dan sengatan matahari (El Sharazi, 2004:15).

4) Sudut Pandang
Dalam novel Ayat Ayat Cinta ini pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama yang ditandai dengan penggunaan kata aku dalam cerita ini. Hal ini menunjukkan bahwa pengarang menceritakan peristiwa-peristiwa dan persoalan-persoalan yang menyangkut diri pelaku secara lebih jelas. Berikut kutipan yang mewakili pernyataan tersebut. “Aku sedikit ragu mau membuka pintu. Hatiku ketar-ketir. Angin sahara terdengar mendesa-desu. Keras dan kacau. Tak bias dibayangkan betapa kacaunya di luar sana” (El Sharazi, 2004:18)
5) Gaya Bahasa
“Tengah hari ini, kota Cairo seakan membara. Matahari berpijar di tengah petala langit. Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat-jilat bumi. Tanah dan pasir seakan menguapkan bau neraka. Hembusan angin sahara disertai debuyang bergulung-gulung menambahpanas udara semakin tinggi dari detik ke detik” (El Sharazi, (2004:15).

“Angin sahara menampar mukaku dengan kasar. Debu bergumpal-gumpal bercampur pasir menari-nari di mna-mana. Kututup kembali pintu apartemen” (El Sharazi, 2004:18).

“Senja musim panas sungguh indah meskipun tetap tidak seindah musim semi. Aku membuka jendela kamar lebar-lebar. Semburat mega kemerahan menghiasai langit. Bau uap pasir masih terasa. Angin bertiup semilir seolah mengahapus hawa panas” (El Sharazi, 2004:111)

“Mobol kami terus melaju. Lampu-lampu telah manyala seperti bintang-bintang. Langit merah bersemburat indah. Mobil melaju di atas jalan laying yang membelah ramsis. Terus ke barat” (El Sharazi, 2004:245).

6) Amanat
Pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui novel ini adalah:
(1) Sebuah perjuangan hidup yang dalam mewujudkan impian dalam meraih cita-cita yang sangat luar biasa.
(2) Selalu berusaha dan bekerja keras jika engkau ingin meraih apa yang kau inginkan;
(3) Selalu sabar dalam menghadapi lika-liku kehidupan serta ikhlas dalam menjalaninya dan jangan pernah putus asa.
(4) Jangan pernah melakukan perbuatan yang dilaknat Allah dan selalu berbuat baik sesame orang yang saling membutuhkan, baik itu muslim dan nonmuslim.
(5) Jika ada yang berbuat jahat, janganlah dibalas dengan kejahatan juga, maka engakau balaslah dengan kebaikan.
(6) jaga akhlak dan budi pekertimu dalam bermasyarakat dimanapun engkau berada.
(7) jadikanlah hidupmu lebih berarti untuk orang lain.
(8) Selalu tidak gegabah dalam mengambil keputusan, harus adil dan bijaksana dalam dalam mengambil keputusan.
(9) Jangan pernah melakukan perbuatan yang tidak baik.
7) Tema
Tema yang disuguhkan dalam novel Ayat Ayat Cinta ini adalah “sesuatu yang diawali dengan usaha yang maksimal, bekerja keras dengan sepenuh hati, dan diiringi dengan doa yang tulus dan ikhlas maka akan membuahkan keberhasilan yang setimpal.”
4. Analisis terhadap Novel Ayat Ayat Cinta
Novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburahman El Sharazi mengungkapan kebudayaan masyarakat Mesir ini dapat kita lihat dari kebiasaan, kesopanan atau etika, sistem pengetahuan, sistenm sosial, sistem mata pencarian, dan sistem kepercayaan. Novel ini mengambarkan cerminan kehidupan tokoh yang sangat dramatis yang selalu sabar dalam menghadapi lika-liku kehidupan. Penulis berhasil menggambarkan tokoh utama dalam novel ini yang dikenalkan kepada para pembaca melalui rangkai peristiwa kegiatan sehari-hari tokoh-tokohnya .Dalam melukiskan tokoh-tokohnya, penulis mendeskripsikan tokoh secar langsung .Hal ini dimaksudkan agar pembaca dapat langsung mengenali masing-masing tokoh cerita.
Latar dalam Novel Ayat Ayat Cinta ini mengambil lokasi di kota Mesir. Ini berfungsi mengajak pembaca agar pikiran yang ingin disampaikan oleh pengarang bisa menyentuh pikiran pembaca sehingga ide yang hendak disampaikan pengarang dapat diterima secara rasional oleh pembaca. Dan seolah-olah bias mengetahui gambaran mengenai kota Mesir.
Tema dalam novel ini menggambarkan perjuangan dari tokoh utama dalam novel ini yang begitu gigih dalam menggapai cita-citanya. Kegigihan dan perjuangan untuk meraih mimpi ini memberikan pengetahuan yang luas bagi pembaca sehingga memberikan motivasi yang kuat untuk menghargai segala anugerah dari Sang Pencipta. Walaupun cobaan selalu datang menghampirinya dan diapun tidak pernah mengeluh.
Perwatakan dalam novel ini menggambarkan karakter seorang yang tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan yang telah di anugrahkan. Tokoh utama dalam novel ini menunjukkan semangatnya dalam meraih mimpinya dan memperbaiki kehidupan yang buruk. Penulis mengungkapkan karakter dari setiap tokoh yang mempunyai sifat yang baik nonmuslim Penulis mengungkapkan karakter dari setiap tokoh yang mempunyai sifat yang baik dan menghargai kebudayaan yang ada di daerah sendiri. Berbagai macam masalah yang selalu menghampirinya, namun dia menjalani dan meneriam semua ujian itu dengan lapang dada, dan disertai dengan hati yang ikhlas.

5. Penilaian terhadap Novel Ayat Ayat Cinta
Setelah melakukan analisis terhadap novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburahman El Sharazi bahwa novel ini memperlihatkan ide cerita yang menarik. Bentuk perjuangan hidup yang luar biasa dalam menempuh pendidikan. Selalu sabar dalam mendapatkan ujian dan cobaan serta tidak pernah merasa putus asa apalagi samapai merasa pesimis.
Novel ini memberikan gambaran terhadap pemerintah Indonesia yang kurang sigap dalam bertindak menyelesaikan permasalahan baik yang terjadi di dalam maupun luar negeri. Tak hanya system pemerintahan yang disoroti tetapi juga sikap para ulama di Indonesia yang jarang turun tangan langsung membantulangsung sebuah kegiatan melainkan hanya dapat memberikan perintah atau berupa masukan saja, hal ini berseberangan dengan para ulama di Negara Mesir ataupun dinegara lainnya.
Pada intinya, novel Ayat Ayat Cinta ini mampu memberikan suatu pandangan baru kepada kita tentang perjuangan dari tokoh utama dalam novel ini yang begitu gigih dalam menggapai cita-citanya. Kegigihan dan perjuangan untuk meraih mimpi ini memberikan pengetahuan yang luas bagi pembaca sehingga memberikan motivasi yang kuat untuk menghargai segala anugerah dari Sang Pencipta. Walaupun cobaan selalu datang menghampirinya dan diapun tidak pernah mengeluh.

6. Kesimpulan
Melalui hasil proses kritik di atas dapat disimpulkan bahwa Novel Ayat Ayat Cinta ini layak untuk dijadikan bahan bacaan terutama dalam dunia pendidikan. Hal itu dilatar belakangi pemaparan isi novel ini yang banyak memberikan nilai edukatif. Dengan demikian diharapkan dengan membaca ini dapat hidup lebih berarti dan bias menghargai hidup ini lebih baik lagi. Selain itu selalu sabar dalam mengahdapi segala cobaan dan tidak pernah mengeluh dengan keadan apa lagi samapai merasa pesimis dan putus asa. Serta harus bias mengambil keputusan dengan adil dan bijak. Maka dari itu, haruslah semangat dalam menjalani hidup dan meraih impian.

ANDRI IRAWAN FAHRAWI

PENGGUNAAN MAJAS IRONI DALAM PERCAKAPAN BAHASA RANAU MASYARAKAT DESA SURABAYA KECAMATAN BANDING AGUNG KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN

1. Latar Belakang
Percakapan merupakan salah satu kegiatan bahasa yang melibatkan partisipan. Dalam percakapan, proses komunikasi terjadi apabila ada dua partisipan, yaitu pembicara dan pendengar. Hal ini senada dengan pendapat Ismari (1995:3) yang menyatakan bahwa percakapan adalah interaksi oral dengan bertatap muka antara dua partisipan atau lebih. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa di dalam percakapan terjadi pertukaran informasi antara pembicara dan pendengar.
Percakapan bukan hanya sekedar pertukaran informasi. Oleh sebab itu, jika seseorang mengambil bagian di dalam percakapan, maka mereka masuk ke dalam proses percakapan tersebut sehingga cara-cara dan tujuan mengenai isi percakapan serta bagaimana informasi di sampaikan berpengaruh dalam penginterpretasian percakapan.
Dalam suatu percakapan, agar informasi bisa diterima, biasanya pembicara menyampaikan informasi itu secara langsung dengan menggunakan bahasa yang tepat. Selain untuk menyamapaikan informasi, percakapan kadang-kadang dilakukan untuk menyindir, memuji, mencaci, bahkan memancing emosi lawan tutur. Namun, tanpa disadari penyampaian informasi dengan tujuan seperti itu menjadikan informasi tersebut tersembunyi. Hal inilah yang menyebabkan antara penutur dan dan lawan tutur akan memiliki pemaknaan yang berbeda. Misalnya, karena kesal dengan teman yang berjanji datang tepat waktu, tetapi justru datang terlambat. Biasanya ujaran keluar “Cepat sekali datang, sudah lama aku menunggu”. Pada contoh tersebut, terlihat ada makna lain dari ujaran yang dilakukan penutur. Penutur melakukan sindiran terhadap temannya yeng terlambat, dengan mengatakan bahwa temanya cepat sekali datang.
Ilustrasi di atas merupakan pengunaan bentuk majas ironi. Majas ironi adalah suatu acuan yang ingin menyatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya (Keraf, 1991:143). Untuk menyatakan sesuatu dengan makna atau maksud yang berlainan, seorang penutur dan lawan tutur harus mempunyai asumsi yang sama sehingga penggunaan majas ironi dapat dipahami. Sebagai contoh, perhatikan percakapan yang dilakukan oleh dua orang penutur bahasa Ranau, Desa Surabaya, Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
A: Nambah gemuk gawoh injukni kantik negham sai ji ? ‘Tambah gendut saja sepertinya teman kita satu ini?’.
B: Temon nihan ana. ‘Sepertinya benar sekali’
C: Ya, tapi mawek gemuk nihan kan? ‘Iya, tapi tidak terlalu gemuk kan?’.
A: Mawek, ke dikughusi cutek. “Tidak, kalau dikurusi sedikit’.
C: Ai… tuk keti ghua ji ! ‘Ai.., kentut kamu duo?
Kalimat A merupakan bentuk majas ironi yang digunakan untuk menyatakan ukuran berat badan lawan tutur, ironi disamapaikan dengan menyatakan antonim dari ironi yang dilakukan yaitu anatar gemuk dan kurus.
Jika dilihat pada contoh percakapan di atas, antara penutur A, penutur B dan penutur C sudah saling mengenal, sehingga C sudah tahu bahwa penutur A dan Penutur B melakukan sindiran terhadap tubuh C yang sangat kurus. Dalam percakapan kadang-kadang tidak diketahui ada unsur sindiran. Hal ini disebabkan penutur dan lawan tutur tidak memiliki asumsi yang sama, atau tidak mengetahui secara pasti informasi yang disampaikan lawan tutur. Perhatikan percakapan berikut ini yang dilakukan oleh dua orang pemuda masyarakat desa Surabaya yang baru saja bertemu. Pada saat itu seorang pemuda yang baru pulang dari bekerja di luar daerah dan pada saat ia berjalan dan tidak sengaja bertemu dengan temannya yang lagi duduk di ujung jalan sendirian dekat pangkalan ojek.
A: Api kabagh puaghi ? ‘Apa kabar keponakan?’
B: Alhamdulillah sihat, kapan sampai dija ?. ‘Alhamdulilah Sihat, kapan kamu datang kesini?’
A: Nambi nyak ku samapai dija. Ai… alangke injuk hemat ni, adu ningkat juga cak ni taghik’an no. ghukuk adu Sampoerna Mild. ‘Kemarin aku samapai disisni. hemat sekali kamu, sudah ningkat kayaknya tarikan. Rokok saja Sampoerna Mild’.
B: Nayya… ghukuk Inji senangundo hemat. ‘Iya… rokok ini memang hemat’.
A: Kemayangan ke gheno kidah ni puaghi…? ‘Syukurlah kalau seperti itu keponakan….?’.
Pada kalimat A ujaran tersebut merupakan majas ironi. Ujaran Ai… alangke injuk hemat ni, adu ningkat juga cak ni taghik’an no. ghukuk adu Sampoerna Mild. ‘hemat sekali kamu, sudah ningkat kayaknya tarikan. Rokok saja Sampoerna Mild’. Menggambarkan bahwa rokok yang dihisap oleh B merupakan jenis rokok yang sangat mahal, tetapi A mengatakan sebaliknya sehinga B menanggapi ujaran Adengan berlawanan. B mengira kalau A melakukan pujian bahwa B orang yang hemat.
Dari kedua contoh percakapan masyarakat desa Surabaya tersebut, terdapat perbedaan antara percakapan satu dan percakapan dua. Pada contoh satu, A, B, dan C sudah saling kenal dan C memiliki asumsi atau makna yang sama dengan A dan B. Sedangkan pada contoh kedua A dan B sudah saling kenal, tetapi B memiliki asumsi atau makna yang berlainan dengan A.
Di dalam komunikasi, seorang penutur melakukan ujaran dengan maksud untuk menyampaikan sesuatu kepada lawan tuturnya dan berharap lawan tuturnya memahami apa yang hendak disampaikan. Pemahaman seseorang terhadap sebuah ujaran tidak cukup dengan mengetahui gramatikal dan leksikalnya saja. Kedua unsur itu hanya sebagian dari faktor-faktor yang menentukan maksud sebuah ujaran. Maksud sebuah ujaran tidak akan kita ketahui tanpa mengetahui siapa penutur dan lawan tuturnya, apa topiknya, waktu dan tempat, apa maksudnya, bentuk ujarannya, nada dan cara penyamapaiannya, alat bahasa yang digunakan, norma/aturan, dan bagaimana jenis penyampaiannya. Sehubungan dengan hal itu, Hymes yang dikutip Chaer dan Agustina (1995:62) merangkainya menjadi teori SPEAKING yang terdiri dari delapan komponen.
Untuk melihat kedelapan komponen tersebut, sebagai contoh perhatian percakapan yang dilakukan oleh dua orang penutur bahasa ranau di lingkungan masyarakat Desa Surabaya tepatnya di pasar.
A: Huy… Sity, injukni lagak nihan! Debah datas Warna-warni, api bangik ngeliakni. ‘Hai… sity, sepertinyo keren! Atas bawah warna-warni, apa enak dilihat?’
B: mawek api wo, sekali-kali. ‘Tidak apa kak, sekali-sekali’.
Ujaran injukni kagak nihan! Debah datas Warna-warni, api bangik ngeliakni, merupakan penggunaan ironi yang dilakukan penutur A terhadap pakaian penutur B. tempat percakapan itu terjadi di pasar pada saat mereka bertemu dsedang berbelanja beli sayuran, penutur dan lawan tutur adalah dua adik kakak yaitu salah satu penutur bahasa ranau penduduk desa surabaya. Namun, karena mereka sudah berkeluarga jadi mereka tidak tinggal satu rumah lagi, tujuan menyampaikan ketidakcocokan perpaduan warna pakaian yang dikenakan adiknya, cara penyampaiannya dengan bermain, alat bahasa yang digunakan secara lisan, aturan yang digunakannya dengan bertanya, dan jenis penyampaian secara persuasif. Dari analisis tersebut, ujaran itu beriri sindiran yang dilakukan seorang kakak terhadap adiknya yang sama-sama sudah punya keluarga, dengan cara bertanya mengenai perpaduan warna pakaian yang dikenakan adiknya.
Dari contoh di atas terlihat hal-hal yang unik dan menarik dalam suatu percakapan karena penutur dan lawan tutur dalam dalam menyampaiakan maksudnya tidak hanya secara langsung, tetapi secra tidak langsung. Misalnya, denan majs ironi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengguanan majas ironi ini dalam percakapan dengan memanfaatkan kajian wacana.
Penelitian tentang majas dan percakapan sudah pernah dilakukan oleh beberapa mahasiswa. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Wiwit Purika (2003) dengan skripsi yang berjudul “Penggunaan Prinsifp Kerjasama Dalam percakapan mahasiswa FKIP Unsri”, sedangkan Wiji Winarni (2003) yang berjudul “Gaya Bahasa K.H. Zainudin MZ dalam ceramah” dan penelitian selanjutnya dilakukan oleh Leni Marlenah (2005) yang berjudul “Penggunan Majas Ironi dalam Percakapan Mahasiswa FKIP UNSRI”.
Beranjak dari penelitian sebelumnya, penelitian kali ini mengkaji bagaimana penggunan majas ironi dalam percakapan dan mengapa ironi itu digunakan. Jika dalam penelitian majas sebelumnya mengambil datanya dari percakapan yang dilakukan mahasiswa FKIP Unsri artinya yang menjadi objek penelitian majas ironi sebelumnya adalah sekumpulan orang-orang yang berpendidikan dan tentunya penggunaan majas ironi ini akan berbeda dalam penggunaannya di masyarakat karena dalam masyarakat itu merupakan sekumpulan dari berbagai macam latar belakang yang berbeda dan tidak semua masyarakat itu mengenyam pendidikan. Penelitian majas ironi kali ini, percakapan yang digunakan masyarakat desa Surabaya dalam Bahasa Ranau. Oleh sebab itu, alasan peneliti ingin mengambil majas ironi karena ironi merupakan sindiran yang mengingkari maksud yang sederhana, memungkinkan seorang pembicara menjadi tidak sopan, tetapi kelihatan seolah-olah sopan dan pembicara hanya mengatakan kebalikan kebenaran dari sesuatu yang dinyatakan.
Alasan lain, peneliti meneliti penggunaan majas ironi dalam percakapan Bahasa Ranau Masyarakat Desa Surabaya, Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Oku Selatan karena latar belakang peneliti juga merupakan penutur asli bahasa Ranau bahwa sering kali dijumpai dalam percakpan yang sering dilakukan oleh penutur bahsa ranau terdapat majas. Selain itu, bahasa juga merupakan hasil kebudayaan yang patut dilestarikan. Masinambouw yang dikutip Chaer dan Agustina (1995: 217-218) mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua sistem yang “melekat” pada manusia. Kalau kebudayaan itu adalah satu sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu.
2. Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini ialah
1) Bagaimana penggunaan majas ironi dalam percakapan Bahasa Ranau Masyarakat Desa Surabaya, Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Oku Selatan?
2) Mengapa majas ironi digunakan dalam percakapan antarpenutur Bahasa Ranau Masyarakat Desa Surabaya, Kecamatan Banding Agung, Kabupaten OKU Selatan?
3. Tujuan
Tujuan penelitian ini mendeskrifsikan secara objektif penggunaan majas ironi serta alasan majas ironi digunakan dalam percakapan antarpenutur Bahasa Ranau Masyarakat Desa Surabaya, Kecamatan Banding Agung, Kabupaten OKU Selatan.
4. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharafkan bermanfaat baik dari segi teoritis, praktis. Secara teoritis bermanfaat sebagi sumbangan dalam penerapan kajian bidang bahasa, khususnya dari segi semnatik dan wacana. Secara prakatis dapat dimanfaatkan oleh guru dalam memberikan pelajaran, khusunya mengenai majas ironi, memberikan gambaran kepada siswa khusunya dalam mata pelajaran Bahsa Indonesia untuk menggunakan majas ironi dalam sebuah percakapan.
5. Tinjauan Pustaka
5.1 Pengertian Majas
Memahami individu melalui percakapan bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi, bila mengetahui maksud dan tujuan penutur, percakapan akan seiring dengan maksud. Untuk mencapai maksud yang dituju seorang penutur menggunakan beberapa cara, salah satunya menggunakan bahsa yang indah, kata-kata yang manis atau yang lebih dikenal dengan majas. Menurut Tarigan dkk (1991:520) majs adalah bahasa yang indah yang dipergunakan secara imajinatif, bukan makna alamiah saja, untuk meninggikan dan meningkatkan efek tertentu sehingga menimbulkan konotasi tertentu. Senada dengan pendapat yang dikemukakan Dale dalam Tarigan (1986:176) menyatakan bahwamajs sebagai bahasa yang indah dipergunakan untuk meningkatkan efek yang memperkenalkan, membandingkan, suatu benda/hal tertentu dengan benda yang lebih umum.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai beraneka macam majas. Majas lebih sering dikenal sebagai cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan, baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk lisan. Dari pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa majs adalah bahasa yang khas dengan pola tertentu yang digunakan pengarang/pembicara sehingga memiliki efek bagi pembaca atau lawan bicara. Tarigan (1985: 6) membagi majas menjadi empat kelompok, yaitu majas perbandingan, majsas pertentangan, majas pertautan, dan majas perulangan. Mengingat yang diteliti lebih difokuskan pada majas ironi yang merupakan jenis majas pertentangan serta penggunaannya dalam percakapan, jadi peneliti membahas pengunaan majas ironi dalam percakapan.
5.2 Majas Ironi
Majas ironi merupakan jenis majas pertentangan. Menurut Keraf (1991: 143) mengatakan, “ironi adalah suatu acuan yang ingin menyatakan sesuatu dengan makna berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Maksud berlainan dalam rangkaian kata-kata kadang kala tidak diketahui lawan tutur, sehingga muncul makna bertentangan yang ditangkap lawan tutur, sehingga muncul makna bertentangan yang ditangkapa lawan tutur dari penutur”. Hal ini senada dengan pendapat Tarigan (1985: 61) yang menyatakan, “Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud mengolok-olok”. Suharianto (1982:79) mengatakan, “Ironi adalah suatu cara menyindir dengan mengatakan sebaliknya”. Dari pendapat itulah dapat disimpulkan bahwa majas ironi adalah majas yang mengandung sindiran halus, mengolok-olok, dan yang menyatakan maksud yang berlainan dari hal yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya atau bertentangan.
Kata-kata dalam majas ironi dipergunakan untuk mengingkari maksud yang sebenarnya. Maksud itu dapat dicapai dengan mengemukakan maksud yang berlawanan dengan maksud yang sebenarnya. Oleh sebab itu, ironi akan dipahami kalau pendengar juga sadar akan maksud yang disembunyikan. Perhatiakan majs ironi berikut ini :
1) Kecahni lambanmu ji, lantai ni gilap ghik latap rumbah-rambeh.
‘Bersih sekali rumahmu ini, lantainya licin dan penuh dekorasi’.
2) Nyak ku peghcaya nihan lawan niku, mawek peghnah janjimu niku tepati.
‘Saya percaya sekali sama kamu, tidak pernah janjimu kau tepati’.
Jika diamati, penggunaan majas ironi pada contoh di atas ditandai oleh pernyataan yang di lebih-lebihkan atau keternagn yang mengecilkan suatu persoalan, yang membuat sukar bagi lawan tutur menginterpretasikan ucapan tersebut dengan nilai yang sebenarnya. Pada contoh pertama, “kecahni lambanmu ji” menyatakan bahwa rumanya tersebut bukan bersih melainkan rumah yang kotor, lantainya banyak debu dan penuh dengan sangkar laba-laba. Begitu juga dengan contoh yang kedua, penutur mengatakan percaya kepada lawan tutur, tetapi penutur menghianati dengan mengingkari janji kepada penutur.
Melihat contoh di atas, penggunan ironi memiliki cirri khas lewat pengecilan arti. Pengecilan arti ialah penutur mengemukakan sebuah pendapat yang jauh lebih lemah daripada yang sebetulnya dibuat (menggunakan penyangkalan). Untuk itu ada semacam kekuatan (daya) yang muncul dalam penggunaan ironi.
Menurut Leech (1993:227) ironi sangat beragam. Ada dua hal yang menonjol pada pengunaan ironi yang dilakukan penutur, yaitu majas ironi yang menggelikan/ironi komik, dan ironi yang menyinggung perasaan/menyayat hati yang berupa perintah sarkastis.
Ironi tidak fungsional dalam menetapkan cara berbuat menyinggung perasaan pada orang lain, tetapi ironi dapat saja mempunyai suatu fungsi positif, yaitu melalui ironi sikap-sikap agresif dapat tersalurkan dalam bentuk verbal yang kurang berbahaya seperti kritikan langsung, penghinaan, ancaman, dan sebagainya. Ironi suatu ucapan tidak mudah menjawab, seperti bentuk cacian yang secra mudah memancing cacian balasan. Hal ini dikarenakan didalam ironi tergabung seni menyerang dengan sikap tidak bersalah yang merupakan suatu bentuk pembelaan diri.
5.3 Konteks dalam Percakapan
Dalam peristiwa percakapan, selalu terdapat faktor-faktor yang mengambil peranan dalam peristiwa itu seperti penutur, lawan tutur, pokok pembicara dan tempat bicara. Hymes yang dikutip Chaer dan Agustina (1995:99) mengemukakan faktor-faktor tersebut yang menandai terjadinya peristiwa percakapan atau lebih dikenal dengan SPEAKING yang berisi delapan komponen, yaitu:
S: Setting an Scene (tempat dan waktu)
P: Partisipant (penutur dan lawan tutur)
E: Ends (maksud dan tujuan ujaran)
A: Act (bentuk ujaran)
K: Key (nada atau cara penyampaian)
I : Instrumen (alat bahasa yang diguanakan)
N: Norms (norma /aturan)
G: Genre (jenis penyampaian)
Untuk memperjelas dan memperlihatkan pentingnya faktor-faktor SPEAKING dalam percakapan, Hymes dalam Chaer dan Agustina (1995:62) mengemukakan kedelapan komponen tersebut sebagai berikut.
1) Setting an Scene
Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tuturan berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu. Waktu, tempat situasi yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahsa yang berbeda. Misalnya, berbicara di lapangan sepakbola pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan pembicaraan didalam masjid pada waktu banyak orang shalat dalam keadaan sunyi. Di lapangan sepakbola bias berbicara keras-keras, tetapi di dalam masjid harus seperlahan mungkin.
2) Partisipant
Partisipant adalah pihak-pihak yang terlibat dalam percakapan, bisa penutur dan lawan tutur. Dua orang yang bercakap-cakap dapat bergantian peran sebagai penutur dan lawan tutur. Status participant sangat menentukan ragam bahasa yang diguanakan. Misalnya, seorang anak akan menggunakan ragam/gaya bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orang tuanya atau gurunya bila dibandingkan kalau dia berbicara dengan teman sebayanya.
3) Ends
Ends, menunjuk pada maksud dan tujuan percakapan. Misalnya, jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahwa si terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang adil. Atau peristiwa tutur di kantor kepala desa, seorang seketaris desa yang cakep pada saat melakukan penyuluhan tentang pentingnya pembuatan kartu keluarga, namun barangkali dianatara warga desa tersebut terutaa yang perempuannya ada yang datang hanya memandang ketampana wajah seketaris desa itu.
4) Act
Act, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topil pembicaraan. Misalnya, ujaran yang diguanakan perangkat desa ketika sedang rapat, semua warga mengunakan ujaran yang baku (Bahasa Indonesia), Karena situasi tersebut formal.
5) Key
Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat saat suatu pesan disampaikan dengan senang hati, serius, singkat, sombong, mengejek dan sebagainya. Hal ini juga dapat ditunjukan gerak tubuh dan isyarat. Misalnya, misalnya salah seorang penutur bahasa ranau yang sombong akan berbicara dengan lawan tuturnya menggunakan nada suara yang tinggi dan keras.
6) Instrumen
Instrumen,mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur bahasa lisan, tertulis, dan lain-lain. Instrumen ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek ragam, dan lain-lain. Mislakan, karena kesal dengan temannya dan sudah bersikap kasar, sorang penutur bahsa ranau menulis surat untuk menyatakan maaf.
7) Norms
Norms, mengacu pa
da norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan pada saat lawan tutur ingin memotong pembicaraan dari penutur. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran lawan tutur.
8) Genre
Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti naratif, puisi, doa, dan sebagainya.
6. Metodologi Penelitian
6.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan dengan pertimbangan bhawa cara dan tujuan penelitian ini mendeskripsikan majs ironi dalam percakapan Bahasa Ranau Masyarakat Desa Surabaya, Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Oku Selatan.
“metode deskriptif adalah metode yang berupaya memecahkan dan menjawab permasalahan yang dihadapi dengan cara mengumpulkan data, mengolah data dan membuat kesimpulan serta laporan” (Ali, 1987:120). Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian ini berusaha mengumpulkan data, yaitu ujran-ujaran dalam percakapan Bahasa Ranau Masyarakat Desa Surabaya, Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Oku Selatan yang mengandung majas ironi, kemudian mengolah data tersebut dengan cara menganalisis data menggunakan teknik pilah unsur penentu yaitu daya pilah pragmatis pada kode padan, kemudian membuat kesimpulan dan laporan dari hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian.
6.2 Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah ujaran-ujaran yang terjadi antara pelibat wacana dalam percakapan. Sumber data diperoleh dari para pelibat wacana yaitu penutur Bahasa Ranau Masyarakat Desa Surabaya, Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Oku Selatan.
6.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung. Teknik observasi langsung adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat dimana peristiwa, keadaan, situasi sedang terjadi.
Teknik-teknik yang dilakukan sebagai berikut
1) Pengamatan dan Pencatatan
Pengamatan dan pencatatan dilakukan secara langsung pada saat terjadinya percakapan antara penutur dan lawan tutur Bahasa Ranau Masyarakat Desa Surabaya, Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Oku Selatan selama satu bulan dengan frekuensi pengamatan dan pencatatan dilakukan 3 kali satu minggu mulai 1 juni samapai 31 juli 2011 dalam waktu 60 menit setiap kali pengamatan dan pencatatan. Pengamatan dan pencatatan berlangsung pada situasi tidak formal pada saat penutur bahasa ranau tidak melakukan kegiatan sperti berladang, nelayan dan lagi bekerja di kantor desa atau pada waktu istirahat. Hal-hal yang diamati meliputi tempat dan waktu, penutur dan lawan tutur, maksud dan tujuan, bentuk ujaran, nada dan cara penyampaian, topic pembicaraan, dan jenis penyampaian.
2) Wawancara
Wawancara adalah suatu dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi
(Arikunto, 1999:27). Wawancara untuk memancing ujaran informasi dengan seperangkat terjemahan. Perangkat terjemahan ini berisi kata-kata dan kalimat-kalimat berupa majs ironi.
3) Perekaman
Perekaman dilakukan dengan menggunakan Tape Recorder. Perekaman dilakukan bersama dengan pengamatan. Teknik yang digunakan, yaitu teknik sadap rekam tanpa diketahui oleh para subjek. Perekaman dilakukan secara langsung pada saat terjadinya percakapan Bahasa Ranau Masyarakat Desa Surabaya, Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Oku Selatan selama satu bulan dengan frekuensi perekaman dilakukan 3 kali satu minggu mulai 1 juni samapai 31 juli 201. Perekaman dilakukan pada saat situasi tidak formal artinya pada waktu sedang istirahat.
6.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik pilihan unsur penentu dengan daya pilah pragmatis yang terdapat pada metode padan, yaitu teknik membagi satuan lingual berdasarkan konteks pragmatik (Sudaryanto, 1993:21-22). Teknik ini digunakan untuk membagi satuan lingual berupa satuan wacana yang mengandung majas ironi.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan prosedur sebagai berikut.
1) Merekam data yang berupa percakapan dengan Tape Recorder
2) Memindahkan data rekaman ke bentuk teks tertulis
3) Mengidentifikasi dan menginterpretasikan data. Setelah data berbentuk teks tertulis, selanjutnya diidentifikasikan ujaran-ujaran yang mengandung majas ironi. Oleh Karena itu, ujaran tersebut harus diinterpretasikan terlebih dahulu dengan metode padan dengan daya pilah pragmatik. Teknik ini digunakan untuk membagi satuan lingual berdasarkan jenis-jenis majas ironi. Dasar penentunya adalah ironi yang menggelikan dan ironi yang menyinggung perasan. Dasar alasan pembagian tersebut dengan melihat konteks yang dapat menunjukkan tujuan atau arah dari ujaran tersebut, karena kalimat yang sama dapat menghasilkan makna yang berbeda dalam lingkungan kontekstual yang berlainan. Setelah mengetahui tujuan dan arahan dari ujaran tersebut maka ujaran itu dibagi berdasarkan jenis penyamapaian.
4) Menganalisis ujaran-ujaran yang mengandung majas ironi, menggunakan teori SPEAKING sesuai dengan tujuan penelitian.
5) Menetukan maksudujaran yang mengandung majas ironi. dengan melihat Ends Idan Key pada analisis SPEAKIN.
6) Membuat kesimpulan
Contoh analaisis data:
1. ironi yang Menggelikan
Dalam percakapan masyarakat penutur bahasa Ranau ditemukan ujaran-ujaran yang menggelikan. Selain menyampaikan sindiran, tujuan ironi dilakukan untuk bermain/berkelakar. Berikut adalah contoh percakapan yang ironi menggelikan.
(1) Percakapan berikut terjadi di warung manisan yang lokasinya disekitar wilayah desa Surabaya, pada pagi hari saat berbelanja. Terlihat salah seorang warga sedang mencari keponakannya, lalu ia mendekati warung manisan tersebut, (Data 6 Juni 2011).
Belva : Ngeliak Jum mawek niku wo? ‘Melihat Jum tidak kak?’
Evi : Jum se sepa? ‘Jum yang mana?’
Belva : Se langgagh, handak, sikop. ‘Yang tinggi, putih, cantik’
Rosa : Sehedi ya Bel se manis ke makai kacamata galak nekham cawako injuk Omas. ‘Itu Bel yang manis memakai kacamata yang kita bicarakan seperti Omas.
Evi : Ha…ha..mit dudi dek. ‘Ha…ha..kesana dek’
S (Setting and scene) Percakapan terjadi di warung manisan salah satu warga desa Surabaya, pukul 08.15 wib
P (Participant) Tiga orang penutur bahasa ranau (perempuan), warga masyarakat desa Surabaya
E (Ends) Menjelaskan dan menyindir temannya yang jelek
A (Act) Bahasa daerah (dialek Ranau)
K (Key) Nada serius dan mengejek sambil tertawa
I (Instrument) Lisan
N (Norm) Tanya jawab
G (Genre) Percakapan

Pada percakapan di atas, ujaran sehedi ya Bel se manis ke makai kacamata galak nekham cawako injuk Omas. ‘Itu Bel yang manis memakai kacamata yang kita bicarakan seperti Omas merupakan ironi yang diujarkan Rosa. Rosa memberikan gambaran kepada Evi mengenai teman Belva yang bernama Jum. Rosa menjelaskan kalau orang yang bernama Jum itu manis, memakai kacamata, dan seperti Omas. Mendengar ujaran Rosa yang mengungkapkan Dewi Persik, Evi langsung ingat kalau yang bernama Jum itu bukan manis dan cantik seperti yang diungkapkan Belva dan Rosa, tapi jelek seprti Omas.
(2) Percakapan yang terjadi di salah satu rumah warga desa Surabaya. seorang perempuan menyapa tetangga sebelah rumahnya lagi kebersihan, (Data 8 Juni 2011).
Natun : Ai, injukni kebersihan. ‘Hai, sepertinya kebersihan’
Lekat : Iya. ‘Iya’
Natun : Ana adu kecah, ngapi ampai dikecahko? ‘kan sudah bersih, mengapa baru dibersihkan?’
Lekat : Maghini tulungi. ‘makanya bantu’
Natun : Iyu, tapi nyak ku nulung makai du’a gawoh. ‘Iya, tetapi saya bantu dengan doa’
S (Setting and scene) Percakapan terjadi di rumah salah satu warga desa Surabaya, pukul 07.30 wib
P (Participant) dua orang penutur bahasa ranau (perempuan), warga masyarakat desa Surabaya
E (Ends) Menjelaskan keadaan temannya yang sednag kebersihan
A (Act) Bahasa daerah (dialek Ranau)
K (Key) Nada sinis dan mengejek sambil tertawa
I (Instrument) Lisan
N (Norm) Tanya jawab
G (Genre) Percakapan

Pada percakapan di atas, ujaran Ana adu kecah, ngapi ampai dikecahko? ‘kan sudah bersih, mengapa baru dibersihkan?’ merupakan ironi yang diujarkan Natun. Natun menyindir Lekat yang sedang melakukan kebersihan. Natun berpura-pura memuji kalau selama ini halam rumahnya tersebut sudah bersih, padahal bukan bersih melainkan kotor. Lekat merespon sindiran tersebut dengan senyuman dan meminta Natun untuk turut serta membantunya, tetapi Natun langsung berujar dengan tertawa kalau dia akan membanu dengan doa.
2. Ironi yang Menyinggung Perasaan
Dalam percakapan masyarakat desa Surabaya yang menggunakan dialeg Ranau ditemukan ujaran-ujaran yang menyinggung perasaan. Selain menyampaikan sindiran menggelikan, ironi yang digunakan juga mengandung sindiran yang menyinggung perasaan. Berikut ini adalah contoh percakapan yang mengandung ironi yang menyinggung perasaan.
(1) Percakapan berikut terjadi di persimpangan jalan desa Surabaya. Seorang warga desa Surabaya mendatangi temannya yang sedang menuggu, (Data 10 Juni 2011).
Yogi : Jak ipa? ‘Dari mana?’
Anja : Jak lamban, adu saka kudo. ‘Dari rumah, sudah lama ya’
Yogi : Ampai gawoh, palingan 2 jam. ‘Baru saja, hanya sudah 2 jam’
Anja : Mahaf nihan Gi, nyak ku jeno tehinok. ‘Maaf sekali Gi, saya tadi ketiduran’
S (Setting and scene) Percakapan terjadi di persimpangan jalan desa Surabaya, pukul 14.30 wib
P (Participant) dua orang penutur bahasa ranau (laki-laki), warga masyarakat desa Surabaya
E (Ends) Memberitahu dan menyindir teman yang ingkar janji
A (Act) Bahasa daerah (dialek Ranau)
K (Key) Nada serius dan kesal
I (Instrument) Lisan
N (Norm) Tanya jawab
G (Genre) Percakapan

Pada percakapan di atas, ujaran Ampai gawoh, palingan 2 jam. ‘Baru saja, hanya sudah 2 jam’ adalah majas ironi yang diujarkan Yogi kepada Anja. Yogi kesal dan kecewa terhadap Anja yang datang terlambat. Anja seolah-olah tidak bersalah dan balik bertanya apakah Yogi sudah lama menunggu. Yogi menjawab dengan kesal dan berkata kalau dia belum lama menunggu, padahal sudah 2 jam Yogi menunggu Anja. Anja merespon dengan meminta maaf karena sudah membuat Yogi kesal dan kecewa.
(2) Percakapan berikut terjadi di warung manisan salah satu warga desa Surabaya. salah seorang warga hendak membeli tisu di warung manisan punya Kholid, (Data 8 Juni 2011).
Yanti : Pigha tisu kak? ‘Berapa tisu kak?’
Kholid : Seghibu. ‘Seribu’
Yanti : Dak limo ratus. ‘Tidak lima ratus’
Kholid : Akukdo, ke niku mawek liom. ‘Ambillah, kalau tidak malu’
S (Setting and scene) Percakapan terjadi di salah satu warung manisan desa Surabaya, pukul 11.15 wib
P (Participant) dua orang penutur bahasa ranau (perempuan dan laki-laki), warga masyarakat desa Surabaya
E (Ends) Memberitahukan dan menjelaskan mengenai harga barang yang dijual di Warung manisan punya Kholid
A (Act) Bahasa daerah (dialek Ranau)
K (Key) Nada serius dan kesal
I (Instrument) Lisan
N (Norm) Tanya jawab
G (Genre) Percakapan

Pada percakapan di atas, ujaran Akukdo, ke niku mawek liom. ‘Ambillah, kalau tidak malu’ merupakan ironi yang diujarkan Kholid pada Yanti. Kholid menyindir Yanti yang menawar harga tisu. Kholid kesal sebab Yanti sebenarnya sudah tau kalau harganya di warung manisan tidak bisa ditawar, tetapi Yanti masih menawar. Kholid menyindir dengan menjawab ambillah, tetapi Kholid mengatakan kalau Yanti tidak malu membayar uang dibawah harga yang telah ditentukan.
6.5 Alasan Penggunaan Ironi yang Menggelikan
Penggunana majas ironi yang menggelikan dimaksudkan untuk mengejek/menyindir lawan tutur. Berdasarkan Ends dan Key, ironi ini digunakan untuk menjelaskan maksud dengan mengejek, menyatakan tujuan dengan mengejek, dan bertanya sesuatu dengan mengejek.
6.5.1 Menjelaskan Maksud dengan Mengejek
a. Data nomor 1, 6 Juni 2011
Belva : ngeliak Jum mawek niku wo? ‘melihat Jum tidak kak?’
Evi : Jum se sepa? ‘Jum yang mana?’
Belva : Se langgagh, handak, sikop. ‘Yang tinggi, putih, cantik’
Rosa : Sehedi ya Bel se manis ke makai kacamata galak nekham cawako injuk Omas. ‘Itu Bel yang manis memakai kacamata yang kita bicarakan seperti Omas.
Evi : Ha…ha..mit dudi dek. ‘Ha…ha..kesana dek’
Ironi pada percakapan di atas, merupakan penjelasan terhadap cirri-ciri seseorang yang sedang dicari lawan tutur. Ujaran Sehedi ya Bel se manis ke makai kacamata galak nekham cawako injuk Omas. Merupakan penjelas yang berisi sebuah petunjuk terhadap cirri seseorang yang sedang ditanyakan. Penjelasan tersebut disampaikan dengan nada mengejek, bersifat kelakar dan bertujuan memberikan kejelasan bagi lawan tutur terhadap informasi tesebut.
b. Data nomor 2, 8 juni 2011
Natun : Ai, injukni kebersihan. ‘Hai, sepertinya kebersihan’
Lekat : Iya. ‘Iya’
Natun : Ana adu kecah, ngapi ampai dikecahko? ‘kan sudah bersih, mengapa baru dibersihkan?’
Lekat : Maghini tulungi. ‘makanya bantu’
Natun : Iyu, tapi nyak ku nulung makai du’a gawoh. ‘Iya, tetapi saya bantu dengan doa’
Ironi pada percakapan di atas, digunakan untuk memaparkan sebuah alasan diadakannya kebersihan. Ujaran Ana adu kecah, ngapi ampai dikecahko? ‘kan sudah bersih, mengapa baru dibersihkan?’ merupakan ironi yang berisi penjelasan terhadap tempat yang kotor dan baru dibersihkan.
6.6 Alasan Penggunaan Ironi yang Menyinggung Perasaan
Penggunaan ironi yang menyinggung perasaan dimaksudkan untuk mengejek/menyindir lawan tutur. Berdasakan Ends dan Key, ironi ini digunakan untuk memberitahukan sesuatu hal/informasi dengan mengejek dan menjelaskan maksud dengan mengejek.
6.6.1 Memberikan Sesuatu Hal dengan Mengejek
a. Data nomor 1, 10 Juni 2011).
Yogi : Jak ipa? ‘Dari mana?’
Anja : Jak lamban, adu saka kudo. ‘Dari rumah, sudah lama ya’
Yogi : Ampai gawoh, palingan 2 jam. ‘Baru saja, hanya sudah 2 jam’
Anja : Mahaf nihan Gi, nyak ku jeno tehinok. ‘Maaf sekali Gi, saya tadi ketiduran’
Ironi pada percakapan di atas, digunakan untuk memberitahukan waktu menunggu lawan tutur. Ironi disampaikan dengan lama menunggu lawan tutur yaitu selama 2 jam.
b. Data nomor 2, 8 Juni 2011.
Yanti : Pigha tisu kak? ‘Berapa tisu kak?’
Kholid : Seghibu. ‘Seribu’
Yanti : Dak limo ratus. ‘Tidak lima ratus’
Kholid : Akukdo, ke niku mawek liom. ‘Ambillah, kalau tidak malu’
Ironi pada percakapan di atas, digunakan untuk memberitahukan harga tisu kepada lawan tutur. Ironi disampaikan disampaikan dengan membenadingkan harga tisu yang ditawar dengan harga tisu yang sebenarnya.
7. Langkah-langkah danJadwal Penelitian
7.1 Langkah Kerja
7.1.1 Langkah Persiapan
1. Studi Pustaka
2. Membuat rancangan usul penelitian
3. Seminar usul penelitian
7.1.2 Tahap Pengumpulan Data
Mencari dan menentukan sumber data
7.1.3 Tahap Pengolahan Data
1. Menginterpretasi data
2. Mengklasifikasi data
3. Menganalisis data
4. Membuat kesimpulan
7.1.4 Tahap Penyusunan Laporan Penelitian
1. Menyusun draf laporan penelitian
2. Menyusun laporan penelitian
3. Mengumpul laporan hasil penelitian
7.2 Jadwal Penelitian

No
Kegiatan Minggu Ke-
1 2 3 4
1 Tahap Persiapan X
2 Tahap Pengumpulan Data X X
3 Tahap Pengolahan Data X
4 Tahap Penyusunan Laporan Penelitian X


DAFTAR PUSTAKA

Ali, mohammad. 1987. Penelitian Pendidikan Prosedur dan strategi. Bandung: Angkasa.
Arikunto, Suhaimi. 1999. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chear, Abdul dan Agustina Leonie. 1995. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ismari. 1995. Tentang Percakapan. Surabaya: Airlangga University Press.
Keraf, Gorys. 1991. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarata: Universitas Indonesia.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press. Suharianto, S. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widyaduta.
Tarigan, Hendry Guntur. 1985. Pengajaran Bahasa. Bandung: Angkasa.
____________. 1986. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan dkk. 1991. Pendidikan bahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen pendidikan dan Kebudayaan.