Jumat, 10 Juni 2011

Arti Kesetiaan

Hari ini Dinda akan berangkat ke Australi untuk sekolah. Tapi sebelum berangkat, Dinda merasa punya feeling yang gak beres. Semua teman-temannya yang kemarin sudah mengikhlaskan kepergiannya, mendadak melarangnya untuk pergi. Tapi Dinda ngotot untuk pergi, karena menurutnya sayang bila kesempatan emas dilewatkan. Besok tes sudah dimulai, dan tentu saja nanti sore ia sudah harus tiba disana. Ibunya sudah menunggunya di Australi dan telah menyiapkan apartemen tempat ia akan tinggal.
“Teman-teman, gw bakal balik ke Jakarta tiap liburan, kalian gak usah sedih gitu dong..” Kata Dinda dengan diiringi air mata dipipinya.
“Din, apa gak lebih bagus ditunda, entah mengapa kita punya firasat yang gak enak banget nih” Kata salah satu teman Dinda bernama Reni.
“Gak, kan jadwalnya keberangkatan pesawat sekarang.”
“Din, kita bakal kangen berat sama Loe” Kata Ivan teman dinda yang itam, gendut, dan mukanya yang abstrak dengan jerawat yang gak beraturan letaknya.
Tiba-tiba mata Dinda menuju keseseorang yang dari tadi hanya berdiri diam di depannya.
“Frans, pliss.. tunggu aku, aku bakal balik kok tiap libur, lagi pula meski jarak kita jauh, asal ada kepercayaan, kita pasti bisa ngejalaninnya. Kita kan masih bisa telepon2an, atau chating-chatingan?”
Dinda mecoba berbicara pada rang yang sangat ia sayangi yang dari tadi hanya memandangnya dengan kerisauan. Dina menggenggam kedua tangan Frans
“Ia.. aku tunggu kepulangan kamu sayang.” Balas Frans sambil mncoba tersenyum, dan membelai kepala Dinda .
Dinda pun berangkat dengan taxinya. Ia hanya ditemani oleh Rei. Teman-teman yang lain, juga Frans tidak dapat ikut mengantar sampai bandara karena akan mengikuti SPMB di UI. Sementara Rei, telah masuk UI jurusan Kedokteran melalui PMDK.
Saat di Taxi, entah mengapa Dinda gak berani menutup pintu taxi itu. Ia sangat ragu dengan keputusannya. Tapi akhirnya, ia pun menutup pintu Taxi itu dan membuang jauh-jauh, pikiran jeleknya.Taxi dinda berangkat, dan semakin lama semakin jauh terlihat. Setelah haru yang mengantarkannya, kini ia pun menyiapkan dirinya dengan menghadapi suasana baru.
Hampir saja tiba di Bandara. Saat taxi tersebut hendak masuk tiba-tiba sebuah truk besar datang dengan kecepatan tinggi dan menghantam taxi yang ditumpangi oleh Dinda dan Rei. Rei yang sudah melihat sempat menyelamatkan diri dengan melompat, keluar Taxi. Awalnya dia sudah mengajak Dinda, tapi ternyata Dinda tidak ngeh dengan teriakkan Rei, sehingga dia tidak ikut lompat bersama Rei. Dan taksi itupun jungkir balik.
Rei yang sukses menyelamatkan diri itupun terkejut, tentu saja sebagai reflek ia berlari ke dalam taxi tersebut dan berharap pada sebuah kemungkinan bahwa sahabatnya masih memiliki kesadaran. Betapa terkejutnya dia saat melihat Darah dari kepala sahabatnya itu. Rei langsung teriak mencari pertolongan dengan histerisnya.

Dinda segera dibawa kerumah sakit terdekat. Rei segera mengabari teman-temannya dan tentu saja ibunda Dinda. Ibunda dinda berkata ia akan langsung ke Jakarta, dan mungkin akan tiba malam. Sedangkan teman-temannya baru bisa datang sore. Rei bingung. Ia hanya menangis di bangku tunggu di depan ruang UGD.
“Keluarga Dinda” Panggil dokter dan disambut dena kehisterisan Rei.
“Saya yang bawa dia kesini, saya yang membawanya, saya temannya, gimana kabar dia dok??”
“Dia masih bernyawa, tapi sampai sekarang di belum sadar. Ia mengalami geger otak. Dan pecahan kaca yang menancap dikepalanya sangat berpengaruh besar. Darahnya hampir habis, tapi untung kami memiliki persediaan darah yang sama dengan golongan yang dia miliki. Kemungkinan kesadarannya sangat kecil, saat ini ia sedang bergantung dengan alat-alat kedokteran. Disaat seperti ini hanya Tuhan yang tahu jalan selanjutnya nak.” Kata dokter. Yang membuat Rei semakin histeris.
Rei hanya terduduk lemas di depan ruang UGD. Ia pasrah pada keadaan sahabat baiknya itu. Dasar Rei bodoh, apa gunanya kamu selamat kalu akhirnya sahabat kamu meninggal? Sesalnya dalam hati.
Tak lama kemudian, teman-temannya datang, tapi Rei sudah tidak sanggup berkata lagi. Keadaannya tak lain dan tak lebih sudah terlihat seperti orang gila. Matanya bengkak, mukanya pucat, rambutnya berantakkan, bajunya kotor, dan ia hanya terdiam lemas dilantai.
“Rei, apa yang terjadi dengan Dinda? Ceritakan Rei!!” Teriak Frans sambil menggoyang-goyangkan tubuh Rei. Rasanya ia memang ingin sekali menjawab tapi entah mengapa muluinya sulit untuk digerakkan.
"Udahlah,mungklin rei masih syok Frans. Kita biarkan saja dia nenangin dirinya dulu, percuma kita ajak dia bicara sekarang, ia mungkin masih tak sanggup.” Reni mencoba menenangkan Frans.
Tak kuat menahan air mata, Frans menangis, kemudian ia berjalan ke ruang UGD. Di sana ia meratapi nasib kekasih hatinya yang terbaring tak berdaya dengan alat-alat yang sedang berusaha menyelamatkan nyawanya.
“Dinda sayang, jangan pergi, jangan tinggalin aku sayang, kamu udah janji sama aku,kalau kamu akan kembali lagi, ku mohon jangan tinggalkan aku sendiri.” Gumam Frans.
“Rei, lw kok kotor sich, tadi lw lompat dari taksi dengan bekal taekwondo lw ya?” Tanya Reni mencoba memancing Rei berbicara.
“i.. ia Ren, seandainya gw gak turun, mungkin gw bakal sama dia sekarang.” Bisik rei yang sudah mulai sanggup membuka mulutnya. “Apa yang terjadi rei?” Tanya Frans dengan nada yang sudah mulai lembut. Rei memandang 3 sahabatnya lagi, iVan , Esti, dan Reza. Sepertinya mereka juga menanti jawaban Rei.
Rei berusaha menceritakan semuanya. Dengan susah payah sambil terisak-isak ia menceritakan segalanya. “Di sini lw gak salah Rei, ini udah takdir. Lw gak sengaja melakukan ini, itukan hanya sebuah reflek.” Kata Esti menghibur rei yang dari tadi hanya menyalahkan dirinya.
“Iya rei, sekarang kita Cuma bisa berdoa. Percuma menyalahkan diri sendiri, itgu gak akan bikin DSinda sadar.” Balas Reza smabil memegang bahu Rei.

Hari demi hari, hingga 4 bulanpun berlalu. Ivan, Esti dan Frans,dan Reni diterima di fakultas yang sama di UI. Dengan jurusan yang berbeda-beda. Sedangkan Reza, karena tidak diterima, iapun kuliah di Trisakti. Mereka selalu menjenguk Dinda yang sampai saat ini belum sadarkan diri.
Soal keuangan lancer-lancar saja, karena sesuai denagn fakta yang ada, orang tua dianda memang adalah orang yang sangat kaya. Ayahnya memiliki banyak usaha, Dan ibunya adalah seorang pengacara yang cukup terkenal.

Suatu hari, ketika mereka kembali berkumpul diruangan tempat Dinda berbaring. Mereka mulai mnyadari ada seseorang yang tidak pernah ikutan lagi menjenguk Dinda. Sesorang itu adalah Reza. Rei sangat sedih atasa perbuatan Reza, ia tidak mau menjenguk Dinda lagi karena telah menemukan teman-teman yang baru, dan Rei kecewa saat terakhir Reza menjenguk Dinda, ia sempat bilang bahwa menjenguk Dinda hanya membuatnya capek. Karena dengan melakukan hal rutin seperti itu berarti ia sudah berharap pada sesuatu yang tak mungkin. Denan kata lain, Reza percaya bahwa Dinda terlah meninggal. Tentu saja , Rei menentang hal tersebut secara terang-terangan. Ia sangat percaya bahwa Dinda sedang berjuang untuk bertahan hidup.

Akhirnya 6 bulan berlalu.perlahan Esti dan Ivanpun mulai capek menjenguk Dinda. Mereka mulai ikut percaya bahwa Dinda telah meninggal.
“Kalian memang bukan sahabat sejati,gw percaya banget, suatu hatri nanti dia pasti akan membuka matanya. Dan saat itu kalian yang selalu mengaku sahabat sudah gak ada didepan matanya lagi?? Apa kalian tega?” Awalnya mereka berpikir untuk tetap setia. Tapi ternyata kesetiaan mereka tidak cukup kuat untuk tetap mempertahankan mereka menanti kesadaran Dinda.

8 Bulan pun berlalu. Reilah yang selalu datang untuk menurus Dinda.Kadan ia gantian dengan ibunda dinda untuk menjaga dinda. Dengan setia ia melap tubuh dinda.
“Dinda, buka mata loe? mau sampai kapan lw tidur?Semua teman-teman kita sudah ninggalin kita Din, terutama ninggalin loe. Tapi gw janji akan tetap bersama loe disini.” Bisik Rei saat Rei sedang melap tubuh dinda.

Rei selalu menjenguk dinda,hampir tiap hari.Sedangkan Reni dan Frans jarang.kalu Reni takut kuliahnya keteteran, jadi dia hanya menjenguk Dinda 1x seminggu.Sedangkan Frans, semakin hari semakin jarang.

Hari ini genap dinda 9 bulan dirumah sakit.Frans putus asa. Ia pun datang dan berbicara disebelah Dinda.
“Dinda, sebenarnya kamu masih hidup gak sich? Aku semakin gak percaya kalu kalu masih punya kesadaran. Apa karena alat-alat ini maknya kamu bertahan? Maafin aku din,aku gak bisa nunggu kamu terus-terusan.Aku sangat sayang sama kamu.Tapi sepertinya sampai disini aja hubungan kita. Kamu beruntung punya sahabat sebaik Rei,tapi maafn aku, karena gak bikin kamu beruntung punya pacar kayak aku.” Ucap Frans dengan air mata. Stelah mencium bibir Dinda untuk yamng terakhir kali.iapun keluar dari ruangan itu, dengan penuh penyesalan.
PLAK. Satu tamparan melayang ke pipi Frans ketika ia keluar dari ruangan itu.
“Lo gak pernah ya mencintai Dinda. Menunggunya aja loe gak sanggup? Teriak Reni yang ternyata dibelakannya juga sudah ada Rei yang diselimuti dengan amarahnya juga.
“Reni!! Rei, maafin gw. Gw memang bukan yang terbaik buat dia. Tapi gw harus lanjutin hidup gw. Gw gak bisa bertahan lagi. Dia udah punya kalian. Suatu hari nanti akan ada orang yang lebih bisa mengerti dirinya disbanding gw.” Kata frans dengan wajah yang sangat pucat.
“Bacot lw.. pergi aja lw sana. Dan ingat. Setelah lw pergi, jangan pernah balik lagi kesini” Teriak Reni dengan tatapan yang membuat Frans takut dan terdiam.
“Rei..”
“PERGI!!” teriak Reni lalu masuk keruangan Dinda
Frans hanya memandang 2 gadis tersebut yang telah masuk keruangan dinda dan mereka menangisi keadaan Dinda.Ia tak berdaya. Ia sudah tertarik dengan wanita lain.

Seminggu setelah kejadian itu, Reni datang sendirian ke kamar Dinda. Ia memegang tangan dinda, dan menggoyang-goyangkannya.
“Dinda.. buka matamu kalau kamu memang masih mengakui aku sahabat kamu.” Canda Reni sambil memberikan senyum pada Dinda. Dan betapa terkejutnya Reni saat itu jari-jari Dinda dinda bergerak. Dnan mata dinda perlahan mulai terbuka.
“DINDA??” Teriak reni tak percaya. Dinda berusaha membuka matanya. Dan akhirnya berhasil. Ia terlihat bingung saat melihat wajah Reni.
“Dinda!!” zteriak Reni sambil memeluk tubuh Dinda.
“Sakiit”rintih Dinda.
“Oh maaf, mungkin gw terlalu semangat. Yaampun akhirnya loe sadar juga, gw dah menanti-nanti loe din.Tak lama setelah dinda sadar, Rei pun datang. Reaksi yan g diberikannya sama, mungkin lebih heboh dari Reni.
Karena kurang lebih 9 bulan tubuh dinda tak pernah dipakai, ia jadi sulit bergerak, tubuhnya kaku. Bibirnya juga sulit digerakkan. Dan ia terkena Amnesia.
Akhirnya orang tuanya mengikutkannya ke terapi khusus. Reid an Reni juga membantunya untuk mengingat semuya masa lalunya. Namun semua tentang Esti, Ivan, Frans, dan Rezza, dikubur-dalam-dalam oleh Rei dan Reni, karena mereka tak mau Dinda sedih.. Mereka ingin dinda melupakan semua masa lalunya. Tentu saja mereka juga menyembunyikan diary, buku tahunan dan semua yang memungkinkan Dinda untuk mengingat masalalu persahabatan mereka dalam sebuah geng yang gak bernama itu.

3 bulan terapi, akhirnya dindapun sudah bisa kembali menggerakkan tubuhnya itu.untuk tidak ada masalah pada bagian kaki, jadi ia bisa jalan dengn normal. Hanya saja luka pada tangan kiri membuat tangan kiri tidak dapat digerakkan dengan mudah.
Dengan bantuan Reni dan Rei, setelah kesembuhannya. Tahun ajaran berikutnya, dinda berhasil lulus SPMB jurusan hukum di Universitas Indonesia. Setiap hari ia berangkat dengan Rei .

Berita tentang masuknya Dinda ke Universitas Indonesia, sampai ke telinga mantan teman-teman Esti dan Ivan dan Reza, dan mantannya yang bernama Frans. Hal ini dimulai dari ketidak sengajaan Ivan bertemu dengan Rei yang sedang turun dari mobil dan diikuti oleh Dinda.

Melihat itu ia langsung menemui Frans.
“Frans..” Teriaknya dari kejauhan. Frans berhenti begitu mendapati temannya sedang berlari-lari tak jelas.
“Apa?” Tanya frans Bingung.
“Din.. dinda.. Dinda kuliah disini.” Ivan berusaha berbicara sambil masih ngos-ngossan.
“Apa? Lo gag salah liat kan? Emang dia udah sadar?”
“EH, itu dia sama Rei tadi, lo mau bilang gw kangen sama Dinda sampai-sampai salah liat gitu? Kalo lo gag percaya jalan aja lo kearah fakultas hukum, ntar lo dapetin deh tu MANTAN lo.” Omel Ivan pada Frans dengan mempertegas kata mantan.
Frans hanya terbengong, dalam hitungan beberapa detik ia berlari meninggalkan Ivan yang masih kesel dengan ekspresi ketidak percayaan Frans.

Ivan mampir dikantin, disana ia mengirimkan sms pada Esti dan Reza tentang kehadiran DInda di Ui. Setelah itu ia menyntap makanan yang sudah dipesannya . dinda sudah sadar? Ia masih belum percaya akan hal itu. Ia jadi sangat nyesal ikut mengatakan Dinda sudah meninggal dulu. Rei dan Reni cerita gag yah tentang hal itu. Pasti Dinda kecewa berat deh. Kalo tau. Pikirnya.

Frans memelankan langkahnya. Ia melirik sana sini dan berusaha mencari sosok seorang wanita yang sudah sangat ia rindu. Setengah jam sudah ia berjalan, ia masih belum menemukan sosok Dinda juga. Semakin percayalah dia pada keyakinannya bahwa Ivan memang mengigau atau salah liat orang. Bahkan sosok Rei dan Renipun tidak ia temui. Akhirnya ia putus asa, karena tak kunjung menemui sosok Dinda ataupun Rei dan Reni, ia memutuskan untuk kekantin dan marah-marah pada Ivan. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk bertanya pada Reni dikelasnya. Tapi mengingat kalau Reni sanagt Jutek, akhirnya ia mengurungkan niatnya. Dan kalau untuk mencari rei, ia tambah gak berani, bisa-bisa mati ditonjok deh dia sama tuh cewek.

Ketika ia sedang bejalan dngan hati yang kecewa karena harapannya bertemu dengan dinda hancur. Ia mendengar suuara ketawa seorang wanita yang sangat tak asing ditelinganya. Suara ketawa setengah ditahan, jadi terdengar seperti cekuka. Hehehehe. Ia berusha mencari sumber suara tersebut, dan hilanglah rasa kecewanya itu. IA mendatangi sumber suara itu dengan penuh ragu dan dengan penuh takut dan rasa bersalah. Ia paksakan untuk tersenyum semanis mungkin pada sumber suara itu.. bukan.. pada mantan yang masih disayanginya, Dinda.
“Dinda..” Panggilnya dengan penuh keberanian.
Dinda ang menydari namanya dipanggil seorang yang tak dikenalnya langsung kaget. Yaaah sebenernya lebih tepat disana belum ada yang dia kenal, secara dia baru seminggu disana. Dia kagetlah ada yang mengenalnya selain kedua temannya. Rei dan reni yang saat itu duduk disebelah Dinda melotot kepada Frans. Mereka memandang Frans dengan tatapan yang seandainya pisau mampu menembus tubuh manusia.
“Ia.. syapa yah..” Tanya dinda lembut.. sambil mencoba mengingat rasanya kok aku pernah mengenal dia yaah?
Rei semakin tajam melotot pada Frans. Sekilas dia melirik Reni melakukan hal yang sama. Tapi karena Frans tak juga menanggapi pandangan Rei dan Reni, akhirnya Rei duluan mengambil tinakkan.
Ketiak Frans ingin berbicara lagi, Rei mendadak berdiri. Ia menarik tangan Frans dengan kuat dan membawanya menjauh dari hadapan Dinda.
“Loh?” Dinda bingung sekali melihat kejadian yang terjadi begitu cepat tapi aneh. “Ah Din, kita keperpus aja yuk, disini gag aman wat lo. Ajak Reni pada dinda begitu melihat Dinda mencoba mengingat siapa Frans, dan Dinda hanya menurut.

Plaak… satu tamparan mendarat dipipi Frans. Frans hanya meringis kesakitan. (beginlah berurusan sama anak taekwondo, kerjanya main fisik!)
“Ngapain loe nemuin Dinda lagi?” Tanya Rei dengan galak, namun suaranya bergetar. Namun Frans hanya terdiam.
“Ngapain Loe nemuin dinda Lagi?” Kali ini Rei teriak dan suaranya tegas.
“Apa salah, kalau gw.. gw.. mau meperbaiki semuanya..?” Frans menjawab dengan sangat hati-hati.
“Gak da yang harus lo perbaiki lagi Frans!!” TERiak Rei lagi. Tiba-tiba ia menangis, dan tak berkata-kata sesaaat.
“Frans.. Dinda amnesia. Dan gw sama Reni, gak mau dia ingat sama Reza, Esti dan Ivan, dan LOE!! Lo gak boleh dan gak berhak ganggu dia lagi. Lo gak pernah sayang sama dia Frans. Lo Cuma maenin dia. Kalo lo datang dalam hidupnya lagi, lo Cuma akan menyakitinya Frans. Gw tau lo gak jadi pacaran sama Esti, tapi lo udah tega ninggalin di, disaat dia butuh kekuatan dan kesetiaan dari lo. Lo bukan cowok yang panntas buat dia Frans, lo harus sadar itu.” Rei terdiam. I mencoba menghapus air matanya.
“Maavn gw…”


“Reni, syapa sih orang tadi, kok rasnya gw kenal. Tapi kok gw lupa yah. Bego banget gw yah.. “
“Ah, perasaan lo aja kali, lo gag pernah kenal dia tau.” Jawa reni seadanya.
Dinda memanyumkan mulutnya, tandanya ngambek. Tapi Reni tidak menyadarin hal itu.
“Tapi kok Rei menjauhi dia dari gw? Pasti dia ada apa-apa sama aku. Kasih tau aja Ren, meski menyakitkan gpp kok.” Bujuk Dinda pada Reni, Tapi Reni hanya trdiam. Tiba-tiba rei datang sambil ngos-ngosan, kayak barui lari keujung dunia aja ni anak . Pikir Dinda.
“Heh, gw nyari loe berdua kemana-mana chuy.. rese de.” Omel Rei sambil mencoba menetralkan nafasnya.
“Hei Rei, syapa cowok tadi?” Tanya Dinda to the point tanpa mempedulikan Keadaan Rei yang sedang ngos-ngossan.
“Di..dia..” Rei bingung harus menjawab apa. Ia melirik ke arah Reni dan ia tak menemukan alasan untuk menjelaskan siapa cowok itu.
“Dia Cuma ngefans aja sama lw kok.” Jawab Rei ngasal.
Ya dinda memang orangnya ciurigaan, bahkan alanas Rei itu, yang sungguh aneh dan tak masuk akal, sebenernya masih membuatnya bingung dan curiga, tapi dia memutuskan mengakhiri pembicaraan tentang topik itu, dan menyimpan rasa curiganya.

Sampai dirumah Dinda melihat kamarnya berantakkan. Dia baru sadar ternyata ia sudah seminggu tak merapikan kamarnya..
“TIDAAAKK” Teriaknya ketika melihat kamarnya bergitu berantakkan.ENtah mengapa tubuhnya bergerak sendiri seolah memaksanya untuk lebih dulu menyusun pakaian yang sudah diseterika mbak ina kedalam lemari pakaiannya.
Saat ia mengeluarkan ii lemarinya yang ternyata juga berantakkan, ia menemukan sebuah buku pink. Dan dengan penuh penasaran ia mengambil buku itu dan mulai membukanya. Ia membaca buku itu halaman per halaman, dan a terkejut.


Disamping itu, dalam waktu yang bersamaan, Reni dan Rei, tidak langsung pulang kerumah. Setelah mereka mengantarkan Dinda, dan tak singgah dirumah Dinda dengan alasan masih ada acara, mereka mampir disebuah rumah makan, mereka memesan makanan dan makan bersama sambil bercakap-cakap.
Rei: hmmm.. Ren, gimana yah kalo suatu hari Dinda inga semuanya, atau si Frans berusaha mengingatkan masa lalu pada Dinda?”
Reni” Kita cegah aja supaya jangan deh sampe terjadi hal itu. Kita harus awasi DInda tiap saat, supaya baik Fras, Esti, Ivan, atau syapapun itu gag ada kesempatan buat ngembaliin memori Dinda.
Rei: Kalo dari faktor lain mereka tau, misalnya.. ?
Reni: Apa? Diary? Kan udah kita amanin..
Rei:Iya yah? Heheheh ..
Terdiam sesaat sambil asik menikmati makanan masing-masing.
Reni:Ehhh..ehh.. tapi rei, gw kemarin udah baca loh diary Dinda.
Ria :Wah parah lo.. Tapi gpp sich, terus emang kenapa? Kok heboh?
Reni: Kok gak ada yah cerita bagian waktu dia mengagumi Frans??


Hari ini, pagi ini, asanya Dinda bener-bener gundah. Dari kemarin ia selalu bertanya dalam hatinya, apa benar cowok itu Frans? Atau dia Ivan? Tapi ivan gendut. Atau dia Reza?? Lalu syapa juga Esti? Kenapa yah dalam diary ku Reni dan Rei harusnya kenal mereka semua, dan mereka semua adalah temanku, kenapa Reni dan Rei gak memperkenalkanku pada mereka? Jaha sekali mereka. Mereka bilang kalo Cuma mereka berdua temanku dari dulu? Jahat sekali.

Brrmmm.. Suara mobil terdengar dari luar gerbang rumah Dinda. Dinda kaget mendengarnya, ia kaget, dan gak tau harus gimana menghadapi temannya itu. Ia segera masuk dan mengunci kamarnya setelah ia meminta tolong pada mbak ina untuk bilang bahwa ia sudah pergi duluan.
“mbaaak..” Terdengar suara Rei memanggil Mbak ini.
“Iya non..”
“Looh.. si gedeng mana, si Dinda?”
“Ngg. Udah berangkat tuh non, katanya pengen nyoba sendiri” Jawab mbak ina berbohong.
“hah? Sendiri? Yaudah deh, qu berangkat yah..” Terdengar Rei kecewa karena tak menemukan Dinda.
Setelah Dionda memastikan Rei sudah keluar, dan mobilnya sudah pergi ia keluar dari kamar.
“mbak, aku pergi yah” Pamitnya pada mBak Inda.

Sampai di kampusnya ia, ia berjalan ke arah kelasnya. Dan ketika itu juga ia bertemu dengan pria yang kemarin menyapanya.
Frans yang menyadari keberadaan Dinda dideaktnya segera menghindar dan pergi. Tapi Dinda yang juga sudah melihat Frans langsung tak sabaran membongkar rasa penasarannya, ia mengejar Frans dan mencoba menggapai tangannya, ia berlari akhirnya ia berhasil memegang tangan frans.
Entah mengapa, inda merasa kejadian ini sudah pernah terjadi. Dinda yang sudah berhasil meraih tangn Frans dan menghentikan Frasn, hanya bis aterdiam dan menatap Frans dengan dalam, walaun ia menatap Frans tapi sebenarnya pikirannya bekerja pada hal lain, pikirannya mencoba mengingat masa lalunya.
“Ini dahpernah terjadi din.” Akhirnya Frans mencoba mengangkat bicara duluan ambil ngos-ngossan. Dinda mengerutkan keningnya mencoba menginga masa lalu.
“Waktu kamu marah sama aku gara-gara aku siram kamu didepan teman-teman kamu,, Dan aku berusaha terus ngejar kamu. Kamu berlari begitu cepat. Tapi tetap saja akhirnya aku berhasil nangkep pergelangan tanganmu. Dan aku berhasil menyatakan perasaan aku.” Frans dengan ragu menceritakan masa lalunya, seolah dapat membaca pikiran Dinda.
“Sayang, sekarang kamu yang ngejar aku.” Lanjut Frans.
“Kamu...?”
“aku..? Knp sama aku? Apa setelah 9 bulan kamu tidur, kamu gak ingat sama aku..? AKu Frans ..”
Dinda terkejut. Matanya membulat membuat wajahnya yang mungil terlihat lucu. Ia sangat tak menyangka Frans. Orang yang dulu ia cintai. Tiba-tiba seseorang menarik bahu Dinda. Dan menariknya kebelakang dengan kuat. Dan Tiba-tiba muncul Reni dari belakang Dinda (sudah pasti pemegang bahu Dinda adalah Rei.).. PLAK. Ia menampar Frans dengan begitu kuat.
“Baguus.. Puas lo.. ngapain lo ceritain ke Dinda tentang hal itu? Percuma, Dinda gak bakal ingat sama makhluk busku kayak lo, lo itu bukan syapa-syapa dia. Mending lo pergi jauh-jauh deh, dia gak kenal sama lo.” Bentak TReni pada Frans. Ternyata saat itu Esti dan Ivan juga sedang lewat daerah itu. Mereka tanpa sengaja melihat kejadian itu, dan memberanikan diri mendejkat.
“Reni..” Sapa esti pada Reni yang masih emosi.
“Ngapain klo kesini juga?” Bentak Reni pada Esti.
“Kok lo kasar sama kita? Gw kebetulan kewat aja kok.. , ada apaan sich ni, kok lo nampar Frans/”

Akhirnya Ria melepas bahu Dinda dan melangkah maju kedepan Dinda.
“Kenapa? Lo mau ditampar juga? Untung lo semua kumpul, lo semua itu sampah tau gak!! Lo jangan pernah nemuin kita lagi deh sama Dinda. Kita gak butuh pengkhianat kayak lo semua tau!!” Rei membuka mulutnya namun hanya berkata kasar.

Dinda merasa kepalanya pusing, ia merasa aneh dengn kejadian didepan matanya yang begitu chaos. Semua terjadi begitu saja membingungkan.
“Tidaaaaaaaaaaaaaak..” Teriaknya. Ia sangat sedih melihat teman-temannya marah-marah gini. Ingin ia menangis (udah nangis deh), mungkin merekakah yang ada dalam diary ku? Ia merasa kepalanya semakin sakit, ia mencoba menahan dengan memeras rambutnya.. Tapi. Kenapa..? Kenapa .. tiba-tiba sekitarnya terlihat gelap. Semakin gelap..

“Rei. Nanti, kalau gw udah nikah. Lo mesti bantuin gw beres-beres rumah pas gw hamil.” Ucap dinda dengan lugunya.
“hah? Ogah deh, kalo disuruh jaga lo pas belanja gpp. Tapi ditraktir yee.. hehehehe..”
‘hiii.. Mata duitan Rei!! Eh din, kita ntar rumahnya bersebelahan yah, dan kalo anak kita sepasang, kita jodohin aja, gimana?” Tanya Esti pada Dinda yang manyuun mendengar tanggapan Rei.
Dinda mengangguk kepalanya, dn mereka teraw bersama. Reni datang membawakan minuman dan mereka menikmatinya. Tapi tiba-tiba byuuurr… Seember air membuat badan Dinda basah kuyub. Dinda yang kaget plus malu mukanya langsung merah. Teman-temannya yang kaget dengan kejadian itu reflek tertawa ngakak.
‘Dinda basah, eh menid kok didepan umum. Wakkakkakk.” Ledek Ivan pada Dinda.
Dinda memberanikan diri melirik kebelakang, ternyata itu perbuatan Frans. Rasn dengan santai hanya tersenyum.
“Hehehehehe.. supriise.. nih din, emang bukan ultah lo, tapi gw Cuma mau ngomgng sesuatu dan ngasi ini, gw mu bi..” Belum sempat Frans menyelesikan kata-katanya, Dinda mengambil sebuah kotakyang dibungkus ping rapih, dan d=melemparnya kuat-kuta. Frans yang terkejut reflek memasang muka mara. Semua orang menghentikan aksi tertawa mereka. Tanpa disaari oleh Dinda, air matanya sudah mengalir, dan ia berlari kencang. Ia keluar dari taman dekat ruma Rni. Dan terus berlari tanpa tujuan. Akhirnya ia sampai dipinggir sungai didepan perumahan Tempat Reni tinggal. Ia duduk dibawah pohon dan menangis. Ia malu!
Sementara itu Frans bingung haus gimana ia memungut kado yang sudah dibungkusnya dan menatapnya dengan kecwa.
“Kok lo nyiram dia Frans?” Tanya Reni.
“Gw pengen nembak dia, dan kasih dia baju baru, dan gw pengen dia segra pake ini. Kalua dia basah kan dia langsung ganti bajau” Jawab Fans dengan lugu.
Ya.. saat itu iamereka semua memang anak yang lugu, mereka masih kels 2 SMP.
“Kejar Frans.. gimanapun dia butuh penjelasan dan hiburan.” Reza berkata dengan penuh bijaksana sambil menepuk bahu Frans seolah memberi kekuatan dan duungan.
Frans mengangguk sesaat dan berlari mencari Dindaa.

Fran berlari. Ia sudah hapal betul Dinda, dari kecil ia sudah berteman baik dengan Dinda. Dinda kalu marah pasti akan berlari lurus, dan mencari tempat yang nyaman, yaitu sungai. Ya, dan dengan cepat Frans pun menemui Dinda menangis dipinggir sungai, dibawah pohon.
Frans mendatangi Dinda dengan gati-hati.Bru saja Frans mau duduk, Dinda sudah berdiri, dan berlari lagi, Frans langsung mengejarnya, dan berhasil meraih tangnnya.
“din, maavn aku yah..” Frans mulai berbicara dengan hati-hati.
“Gag perlu. Lo emang jahat Frans, tea lo mempermalukan gw.” Dinda bebicara ditengah tangisnya.
“Din, “ Fran mencoba menaik tangan kiri dinda.
“Liat sini din..” Kali ini frans mnarik kedua tangan dinda, dan memaksa dinda melihat keaeahnya. Dinda menarik kedua tangannhya dengan kasar, dan masih menangus.
“Apaan sich” Bentaknya, namun masih nurut untuk melihat ke arah frans. Frans menarik lagi kedua tangan Dinda dan menggenggamnya kuat, membuat Dinda pasrah saja. Kali ini jantung frans begitu berdebar, namun ia tetap memberanikan diri untuk berbicara.
“Din, aku gak ada maksud mempermalkan kamu, aku sayang sama kamu, tadi aku nyiram kamu, supaya kamu langsung bisa memakai baju yang mau aku kasih ini, dan aku mau bilanhg kalau aku.. aku suka sama kamu.”
Dinda kaget mndengarya. Ia terdiam sesaat, dan akhirnya ia menangis lagi, ia makin kuat menangis, tapi sekarsang tangisnya sudah menjadi tangisan bahagia dan haru, Frans memeluknyadengan hangat. Dandinda membalas pelukkan Frans itu.
“Aku ayang kamu dinda, kamu mau gak jadi pacar aku? Bisik dinda..
“Ya..” Jawab dinda sambil menganggukkna kepalanya.




Kepala dinda terasa lebih baikkan. Rasanya tadi dia bermimpi, tapi pernah terjadi. Ia membuka pelan-pelan matanya, dan sekitarnya berwarna putih.
‘Dmana nih??” Tanyanya setelah mendapatkan Rei berada disebelahnya.
‘i..ini dirumah sakit” jawab Rei.
“Mana Frans, Esti, Ivan, dan Reza.” Anya Dinda pada Rei. Rei begitu kagt mendengarnya. Ia kaget tak menyangka kalu Dinda sudah ingat semuanyaa.
“Mereka.. mereka diluar..” Jawab Rei akhirnya kaena tak punya pilihan.

Frans, Esti, dan Ivan lah yang hadir, karena kabarnya Reza sedang tugas di Yogya. Dinda menatap mereka. Ia tersenyum. Ia sudah mulai mengingat samar-sama r tentang mereka dan kenangan bersama mereka.
“Maavn kita Din, kita udah ngeklukain hati lo, kita gak oantas disebut sahabat ataupun temen lo, kita udah kejam sama lo.” Estiberbicara dengan takut-takut, Rei dan Reni kali ini hanya diam. Wajah mereka pucat dan takut. Sudah banyak mereka berbihong pada Dinda.
“Teman.. semua sudah berlalu, Reni, Rei, kalian udah bohongin gw.. kalian tega banget, tapi gw sadar itu semua buat ngejaga perasaan gw, gw tau kalian sayang sama g.” kata Dinda begitu melihat Reni dan Rei ketakutan.
“Esti, Ivan.. Gw udah maavn kalian kok. Entah syapa yang harus disalahkan disini. Gw kah karena gak sadar-sadar, atau kalian? Apapun tiu, tapi gw gak pengen bahas itu lagi, dan musuhan gara-gara itu. Kita gak tau kapan hidup kita berakhir. Apa salahnya kita ulang perasahabatn kita dari awal?” Dinda berkata pada Esti dan Ivan, dan karena terharui Esti menangis. Tak lama kemudian ia memeluk Dinda.
:”Maafn gw zDIn, lo dari dulu emang baiik banget sama gw. Gw jahat banget sudah ninggalin lo!!”


Dua hari dirumah sakit, Dinda langsung diizinkan pulan oleh Dokter. Frans dan Reni yang menghantarya. Saat ini hubungan Dinda dan frans hanya sebatas teman. Sampai saat ini Dinda belum pernah sedikitpun berbicara dengan Frans, begitu puila Frans.
Tapi merekas usduah berdamai.
“Din, hari ini teman-teman yang lain bakal dateng kerumah nyambut lo, lo istirahat gih dulu.” Kata Reni pada Dinda setelah sampai dirumah.
“Ah gak, gw mau ketaman sebentar, boleh kan?” Tanya Dinda ada Reni.
‘Oh, yaudah, jangan lma-lama bu..”

DInda berjalan sendiri kesebuah taman. Ya.. taman yang menyimpan keangan itu. Taman tempatnya disiram., Tempat dia dan teman-temannya sedang berkumpul.
“Din..” Tiba-tibda sebuah suara yang sangat dia kenal memanggilnya lebut.
Dinda menoleh kebelakang unuk melihat sosok sumber suara itu, sosok yang sebenranya sudah ia rindu. Sosok Frans Andira.
“Ya frans..” Sahut Dinda sambil tersenyim
“Maafn aku yah, aku mutsin kamu begitu saja. Aku.. aku sempat pacaran dengan Desi anak yang satu kampus dengan ku. Tapi, entah mengapa , kamu selalu terbayang dalam hatiku.. Akhirnya aku gak berani melanjutkannya, kami hanya awet 5 hari Din.’ Fran bercerita sambil memandang kearah langit.
Dinda tersenyumpolos..
“Udah 3 bulan ini, aku gak punya pacr.. Dan aku beruntung gak pacaran.. Karena.. ternyata Bidadariku belum pergi..”
“Oh ya?” Tanya Dinda sambil tersenyum senang. Ia menebak dalam hatinya bahwa Frans akan minta baklikkan.
“Kamu.. ah bukan.. kita.. apa kita bisa mengulang semuanya dari awal? Aku masih mencintai kamu, apa kamu mau.. mau kemali sama aku?” Tanya Fran sambil memegang kedua tangan inda, mebgulang kejadian yang tlah lalu. Dan dinda tersenyum,. Ia melepaskan dirinya, dan membenamkan tubuhnya dalam dekapan hangat Frans . Ia menganggukkkan kepalanya. Dan..
Byuuurr…

Seember air menyiram tubuh Frans dan Dinda. Tapi, Dinda dan Fran tak marah, mereka malah tertawa geli sambil makin memper erat pelukkan mereka.
“Kamu gak apa-apa kan sayang?” Tanya Frans pada Dina samli memegang kepalanya.
“Aku kedinginan, sayang?” awab Dinda manja.
“Hujan sial nih.. Kita bales yuuk..”
Dinda mengangguk kepalany.
“chiiiiiiiieeeeeeeeee..” Teriak Reni,, Rei, Esti dan Ivan berbarengan melihat Frans dan Dinda tak juga melepaskan pelukkan mereka.
“Kangen berat nih ampe gak bisa lepas?”
Teriak Reza ..
Dinda langsung melepas pelukan Frans begitu menyadari keberadaan Reza.
“Reza..” Teriak Frans dan Dinda berbarengan,
“Rezaa..” Teriak Dinda sambil berlari kearah Rez.
Plakk.. Pukul Dinda pada bahu reza setelah Reza berada disbelah Reza.” Gw kangen sama Lo tau..” Rengek Dinda manja.
“Iya din, w juga. Gw diundang Reni nih. W minta maaf yah udah jadi orang pertama yang ninggalin lo.” Reza membelai kepala Dinda..
“eheeemm” Frans pun sokj berdehem-dehem, setekah merasa dirinya yang sudah disebelah Reza malah dicuekkin. Dinda tertawa milihatnya, Dan reza segera melepaskan tangannya dari kepala DInda.
“Gpp kok Rez, gw udah maafn lo.” Jawab DInda.
MEreka semua tersenyum, dan akhirnya mereka semua menyatu menjadi satu

knln ma gue.. add fb gw di Andre.iraone@yahoo.co.id

ksii comment yh di blog gw..thx..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar